Langsung ke konten utama

Kampus to Kampung #2 Komik Kotagede



Seiring berkembangnya zaman, sejarah Kotagede sedikit demi sedikit mulai terlupakan. Permainan tradisional mulai ditinggalkan. Sangat disayangkan jika kisah-kisah menarik di Kotagede hilang begitu saja. Berlatarbelakang masalah tersebut, dibuatlah komik tentang Kotagede. Dengan elemen visual dan verbal, media komik lebih mudah dipahami daripada hanya sekedar tulisan.

Agar tujuannya tercapai, maka dilakukan riset dulu untuk menggali ide cerita dalam komik, serta menghadirkan Kotagede dalam komik itu sendiri. Diawali dengan studi literatur dahulu, kemudian studi lapangan dilakukan jalan-jalan keliling Kotagede serta wawancara dengan narasumber yaitu warga kampung Pekaten.


Awal Pergerakan

Tim komik mulai bergerak pada bulan Juni 2010. Malam hari, kami bertamu ke rumah ketua kampung, meminta ijin untuk bertemu dengan para ketua RT guna menyampaikan program pembuatan komik Kotagede ini. Perbincangan malam itu berlangsung di rumah ketua RT 43 dan dihadiri oleh ketua kampung serta ketua RT 43, RT 44, dan RT 45. Mendengar niat kami, mereka menyambut baik kedatangan tim komik dan langsung menyetujui kegiatan yang diajukan. Malam itu juga disepakati hari, tanggal, dan waktu wawancara dengan narasumber. Daftar narasumber diambil dari usulan mereka. Dimulai dari para sesepuh sampai dengan anak muda di Pekaten.

Selain membahas komik, disinggung juga rencana pembuatan sign system dan malam pentas seni di Pekaten. Keduanya disambut baik oleh para ketua RT, terutama pentas seninya. Menurut mereka, setiap tahunnya pada bulan Agustus diadakan berbagai kegiatan di kampung guna memperingati hari kemerdekaan RI. Mulai lomba antar warga, jalan sehat, sampai dengan pentas seni. Namun, karena tanggal 17 Agustus tahun itu bertepatan dengan bulan Ramadhan, acara pentas seni tidak dilaksanakan. Mereka berharap adanya pentas seni yang diadakan tim dkv ISI itu bisa membangun kemeriahan dan keakraban warga seperti halnya pentas seni pada tahun-tahun sebelumnya.


Persiapan

Perencanaan sudah matang, publikasi acara pun diluncurkan. Sasarannya adalah para komikus Indonesia di luar kampus ISI. Bagi yang berminat diminta mengirim contoh karya komik beserta biodata. Dari karya yang masuk, dipilih 30 komikus yang akan ikut serta dalam acara sharing komik di kampus dan keesokan harinya datang ke Kotagede untuk berbincang-bincang langsung dengan narasumber serta data lain bila diperlukan.

Sementara publikasi menyebar, tim komik mempersiapkan data tentang Kotagede baik dengan datang langsung ke lokasi, dari buku, maupun internet. Kami sempat berbincang-bincang dengan abdi dalem di dalam kawasan makam raja-raja Mataram, mengamati kehidupan pasar di pagi hari, siang, dan malam, serta berbincang dengan penjual di pasar.




Pembekalan

Data verbal dan visual sudah didapat, selanjutnya dicetak untuk dibagikan ke peserta lolos seleksi yang mengikuti acara sharing komik tanggal 21 Agustus 2010 di kampus dkv ISI Yogyakarta. Hari Sabtu itu dijelaskan ketentuan teknis pembuatan komik Kotagede seperti jumlah halaman, teknis menggambar harus manual, pembagian kelompok, narasumber, pendamping di Kotagede, serta batas dan teknis pengumpulan karya.

Pukul 16.15 WIB para pemateri menyampaikan materinya. Mereka adalah Asnar Zacky (dosen DKV ISI Yogyakarta) dan Apriyadi Kusbiantoro (komikus Urekurek Studio dan alumni DKV ISI Yogyakarta), dimoderatori oleh Indiria Maharsi (dosen DKV ISI Yogyakarta). Pembekalan ditutup dengan buka puasa bersama. Setelah acara selesai, panitia membersihkan tempat dan duduk-duduk di area tersebut. Tiba-tiba lantai bergoyang dan suara bergemuruh mengagetkan semua yang ada di situ. Yogyakarta dilanda gempa lagi. Spontan mereka berhamburan keluar gedung dan segera meniggalkan lokasi.



Jalan-jalan Lagi

Keesokan harinya, para komikus bertemu narasumber yaitu warga Pekaten di kampung dan jalan-jalan menyusuri Kotagede untuk mendapat data. Proses wawancara ternyata tidak semulus yang dibayangkan. Para peserta sudah menyiapkan bahan pertanyaan dari rumah, tetapi tidak semua narasumber mampu menjawab pertanyaan tersebut karena pengetahuan yang terbatas. Oleh karena itu, ada beberapa peserta yang melakukan wawancara dengan narasumber lain.

Setelah itu, peserta berkumpul di kantor Yayasan Kantil dan bertemu dengan Pak Natsir. Beliau menambahkan banyak cerita tentang Kotagede. Selanjutnya para peserta jalan-jalan menyusuri Kotagede, mulai dari pasar, masjid besar Mataram, makam raja-raja, lokasi batu gatheng, dan rumah Rudi Pesik. Kamera sudah disiapkan untuk mengambil data visual. Ada juga yang membawa kertas sketsa dan menggambar langsung di sana. Selesai acara di Kotagede, mereka kembali ke kampus untuk berbuka puasa.




Berkarya

Selanjutnya, selama tiga minggu lebih para peserta diberi waktu untuk membuat komik Sembilan halaman, ukuran 21x29 (vertical), teknik gambar manual, hitam putih. Batas akhir pengumpulan karya adalah 17 September 2010 pukul 12.00 WIB. Karya yang diterima selanjutnya dikurasi sehingga terpilih 12 judul komik yang akan dibukukan. 

Selanjutnya komik-komik tersebut masuk ke tahap editing. Di tahap ini kami dibantu oleh Pak Moko/Pak Koskow (dosen DKV ISI Yogyakarta). Proses editing sebatas mengganti tulisan yang kurang terbaca ke dalam huruf digital. Salah satu pertimbangan penting dalam seleksi karya adalah dari keunggulan komik dari sisi narasi yang didukung bahasa visual komik. Setelah editing, komik masuk ke tahap layouting, kemudian dibawa ke penerbit Jalasutra untuk dicetak dan diterbitkan. O iya, selain itu kita dapat bantuan juga dari Pak Terra Brajaghosa untuk tulisan pengantar, sebagai salah satu dosen yang masih aktif mengomik.


Bersambung ke Kampus to Kampung #3


Foto-foto: Dokumentasi Diskomfest#4

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumandang Takbir Kotagede 1432 H

Kumandang takbir menggema, suarakan kemenangan menyambut hari nan fitri. Memenuhi jalanan Kotagede, sangat terasa semangat putra putri kota perak itu. Jogja Istimewa Senin 29/08/2011, barisan takbir anak-anak dari beberapa pengajian anak di Kotagede memenuhi jalanan Kotagede bagian selatan. Start dari SMA N 5 (jl. Nyi Pembayun), dan finish di depan kantor kelurahan desa Jagalan (Jl. Mondorakan). Takbir keliling yang diadakan tiap tahun ini diadakan oleh sie pawai AMM Kotagede. Kegiatan ini dilombakan, dan tema tahun ini adalah "Keistimewaan Jogja dalam Keistimewaan Takbir". Dari tema, sudah terbayang atribut-atribut yang muncul pada malam hari itu. Pasti tidak jauh dari pakaian adat Jogja, terutama batik. Begitu juga dengan pengajian di tempat saya tinggal, yang memakai jarik sebagai bagian dari kostum takbir mereka. Salah satu daya tarik dalam event ini adalah kreatifitas peserta. Dari satu tema, bisa berkembang menjadi berbagai macam tampil...

Kilas Balik Perjalanan Karya Imam Zakaria (2008-2011)

Tempat pertama yang mengenalkan saya ke ilmu desain adalah Prodi Desain Komuniksai Visual ISI Yogyakarta. Waktu itu, bulan Juli 2008 saya mengikuti ujian masuk dkv ISI Jogja gelombang pertama. Tanpa persiapan yang matang. Entah itu teori desain atau belajar menghadapi tes masuk. Saat itu saya membawa pensil warna 12 warna milik adik saya. Dan pada saat tes wawancara, saya berhadapan dengan dua orang dosen penguji, yang belakangan saya baru tahu bahwa dua orang bapak itu adalah Pak Koskow dan Pak Baskoro. Di ruangan itu saya ditanya kenapa saya masuk ISI? “Karena saya ingin bekerja berdasar hobi saya, yaitu menggambar”, jawaban singkat saya. Ya, begitulah, di pikiran saya waktu itu, menurut saya pekerjaan yang tidak akan pernah membosankan adalah pekerjaan yang didasari oleh hobi. Karena akan dijalani dengan penuh suka cita.

Mancing di "Pantai Pribadi" Ngobaran

Liburan di akhir pekan biasanya harus rela berbagi tempat dengan wisatawan lain yang juga ingin menikmati hari liburnya. Terakhir kali ke pantai daerah Gunung Kidul kemarin, saya harus melewati kemacetan yang terjadi di jalan menuju deretan pantai di sana. Mulai pantai Baron sampai Indrayanti, jalan dipenuhi dengan mobil yang datang maupun pergi. Sampai di Indrayanti, rasanya seakan-akan Malioboro pindah ke Gunung Kidul. Kerumunan orang sudah seperti cendol di es dawet, padet. Semakin ramainya orang membincangkan keelokan pantai Gunung Kidul dari mulut ke mulut sampai dengan online, seperti saya ini, membuat pantai-pantai daerah itu semakin ramai pengunjung, didukung dengan semakin banyaknya fasilitas seperti kamar mandi dan penjual makanan di pinggir pantai. Belajar dari pengalaman kemarin, liburan kali ini saya dan teman-teman menentukan tujuan jalan-jalan kali ini adalah pantai di sebelah barat pantai Baron, yaitu pantai Ngobaran. Jalur menuju Ngobaran agak berbeda dengan jalur ke...