Tempat pertama yang mengenalkan saya ke ilmu desain adalah
Prodi Desain Komuniksai Visual ISI Yogyakarta. Waktu itu, bulan Juli 2008 saya
mengikuti ujian masuk dkv ISI Jogja gelombang pertama. Tanpa persiapan yang
matang. Entah itu teori desain atau belajar menghadapi tes masuk. Saat itu saya
membawa pensil warna 12 warna milik adik saya. Dan pada saat tes wawancara,
saya berhadapan dengan dua orang dosen penguji, yang belakangan saya baru tahu
bahwa dua orang bapak itu adalah Pak Koskow dan Pak Baskoro. Di ruangan itu
saya ditanya kenapa saya masuk ISI? “Karena saya ingin bekerja berdasar hobi
saya, yaitu menggambar”, jawaban singkat saya.
Ya, begitulah, di pikiran saya waktu itu, menurut saya pekerjaan yang tidak akan pernah membosankan adalah pekerjaan yang didasari oleh hobi. Karena akan dijalani dengan penuh suka cita.
Waktu itu yang saya ketahui dari dkv adalah mendesain segala sesuatu yang kelihatan oleh mata, yang dalam prosesnya membutuhkan computer sebagai alatnya. Oleh karena itu, sebelumnya saya sudah membeli buku tutorial corel draw dan photoshop, dan mencobanya di komputer teman saya.
Oiya, pada waktu SMA saya sudah menjadi pelaku salah satu ilmu yang akan diajarkan di dkv, yaitu komik. Di SMA saya ada ekskul komik, yang bernama Cyanida Komik. Majalah favorit saya waktu itu adalah Blank Magazine. Saat itu, berkembang berbagai macam gaya komik di antara para anggota. Manga, semi realis, sampai dengan komik2 macam buatan Daging Tumbuh, Komikaze. Selain mengomik, ketua klub komik saya sudah mahir dalam mengoperasikan Corel Draw, setelah lulus dia masuk ke MSD, dan sekarang menjadi karyawan Petakumpet.
Kembali ke perjalanan saya di ISI. Setelah diterima di dkv ISI, saya membeli komputer pertama saya. Software yang paling sering saya sentuh adalah Corel Draw. Maklum, rasa penasaran saya masih sangat besar. Dan karya pertama saya dengan Corel Draw adalah karakter saya sendiri, yang saya beri nama Propanrangers. Propan adalah sebutan umum dari Propana, yaitu senyawa hidrokarbon alifatik jenuh yang berasal dari gugus alkil C3H7- . Angka 3 adalah tanggal lahir saya, dan angka 7 adalah bulan lahir saya. Saya ambil dari nama kimia karena saya dulu bersekolah di sekolah kejuruan jurusan kimia industry. Tambahan rangers, saya ambil dari Powerangers, idola saya waktu kecil, yang saya artikan sebagai “pahlawan”. Sehingga Propanrangers saya ibaratkan sebagai pahlawan di dunia desain yang berasal dari dunia kimia.
Karya pertama saya menggunakan CorelDraw / 2008 |
Saat itu, menurut pandangan saya yang masih awam, desain yang bagus adalah desain yang penuh dengan motif.
Di awal perkuliahan, saya merasa masuk ke dunia baru. Saya belum pernah memakai cat poster maupun cat air sama sekali. Ketika pelajaran Nirmana pun, itu kali pertama saya memakai kuas. Saya terkagum-kagum dengan teman saya yang sudah mahir menggunakan cat poster dan kuasnya. Saya merasa paling awam di situ. Tapi ketika pelajaran gambar bentuk yang hanya menggunakan pensil, sepertinya saya tidak mengalami kesulitan sama sekali.
Dari materi-materi yang saya dapat, saya mendapat asupan ilmu baru yang sangat menarik. Ternyata ada prinsip-prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam membuat karya seni rupa, yaitu kesatuan, keseimbangan, proporsi, irama, dominasi. Namun, kata dosen saya, ketika prinsip tersebut membelenggu kreatifitas, boleh saja ditinggalkan.
Suatu desain komunikasi muncul karena adanya gap antara kenyataan dengan harapan yang diinginkan. Proses desain yang benar pun membutuhkan langkah-langkah yang tidak singkat. Mulai dari proses identifikasi sampai dengan final artwork. Yang paling membedakan dkv dengan jurusan lain adalah adanya mata kuliah tipografi, yaitu ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang huruf.
Ilmu mendesain dari kampus ISI, pertama kali saya terapkan di sampul tugas mata kuliah Tipografi, dimana saat itu sampul tugasnya harus bergaya anak dkv, tidak boleh formal seperti sampul skripsi.
Seiring perjalanan kuliah saya, teman-teman di kampung yang
tahu saya kuliah di desain, sering datang ke rumah. Mereka meminta pengarahan
mengedit gambar di photoshop. Sebenarnya saya belum mahir mengoperasikan
photoshop, jadi kami belajar bersama di rumah saya. Banyak juga teman-teman
yang datang ke rumah untuk dibuatkan desain kaos. Gaya desain kaos yang marak
waktu itu adalah desain vector dengan sulur-sulur, ditambah dengan
percikan-percikan di sana sini, dengan tipografi gaya Gothic, dan bentuk-bentuk
tambahan seperti lingkaran-lingkaran.
Intinya, menurut teman yang minta tolong ke saya, desain kaos yang bagus itu yang unity, dan tumpek breg.
Kebanyakan saya hanya menjadi perantara antara keinginan si pemesan dengan komputer. Kebanyakan yang datang ke saya memesan desain untuk kaos gank anak-anak muda di Jogja sampai dengan kaos kembaran untuk kampanye partai politik.Walaupun saya tidak begitu sreg dengan hasil desainnya, tapi akhirnya saya menurut saja apa kemauan mereka. Toh mereka maunya seperti itu.
Desain Kaos
Suatu hari, saya datang ke rumah teman saya yang membuka
usaha Clothing. Waktu itu niatnya hanya menemani teman saya yang hendak membuat
pin. Tahu saya kuliah di desain, si pemilik usaha clothing mengajak saya untuk
membantu pekerjaannya. Saya mendapat
bagian mendesain kaos. Desain yang dipakai cukup simple. Itulah pertamakali
kemampuan mendesain saya berguna untuk mendapat penghasilan, yaitu sekitar
setahun setelah saya kuliah, pertengahan tahun 2009.
Masih berkutat dengan desain kaos, ada teman saya datang ke rumah membawa contoh desain yang sedang marak waktu itu, yaitu gaya monster-monster berdarah. Dari contoh itu, dia ingin saya membuat desain dengan tema itu untuknya, untuk kaos couple dengan pacarnya.
Ketika saya datang menyetor desain ke kantor clothing, pemilik clothing melihat desain saya yang bergaya monster tadi. Dia tertarik pun ingin saya membuatnya untuknya. Dimulailah saya mendapat kerjaan bergaya monster. Ide dasar kami adalah desain monster lucu. Kami selalu berunding untuk menentukan tema yang akan dibuat.
Desain monster yang bagus menurut gaya kami waktu itu adalah yang mempunyai ide aneh atau lucu, desain full , trace rapi, kombinasi warna yang tepat.
Karya yang saya hasilkan untuk clothingan tadi saya upload ke situs emptees.com, yaitu situs kaos tingkat internasional. Dari situ, banyak email masuk ke email saya. Alhasil saya mendapat klien dari berbagai daerah, termasuk dari luar negeri.
Pada masa ini, saya menyukai dua tema dalam berkarya untuk kaos. Yang pertama adalah lucu dan nyeleneh, yang kedua adalah seram dan lebih detail. Karya dengan tema yang kedua inilah yang sering laku untuk pasaran luar negeri. Pengerjaan lebih lama, dan fee yang saya dapat bisa lima kali lipat dari desain di Indonesia.
Sebenarnya saya lebih nyaman mengerjakan yang agak fun daripada karya yang gelap.Namun ada kepuasan tersendiri setelah menyelesaikannya. Terkadang untuk menghasilkan karya yang berdarah-darah dan gelap itu saya harus memutar musik-musik post-hardcore seperti Alesana, Bring Me The Horison (band-band ini sering memakai desain dari artis-artis di emptees.com juga). Musik-musik yang membuat perasaan saya kurang nyaman itu membangkitkan imajinasi saya tentang ketidaknyamanan, dan saya tuangkan di atas kertas A4.
Dalam berkarya, saya terinfluence artis-artis yang ada di emptees.com, di antaranya Nicolo Nimor, Dan Mumford, Markus Manson, dan masih banyak lagi.
Karya Dan Mumford |
Karya Nicolo Nimor |
Karya Markus Manson, Indonesia |
Suatu hari, secara tidak sengaja saya bertemu dengan seorang pengusaha clothingan lokal. Tema yang dia pakai adalah segala kebudayaan Indonesia yang dikemas dengan gaya masa kini, dengan mengaitkan dengan kehidupan modern saat ini. Sejak saat itu saya menggarap tema itu. Tidak terlalu rumit, tapi saya suka dengan ide-ide yang saya kerjakan.
Awal tahun 2011 tiba-tiba emptees.com ditutup oleh admin. Salah satu alasannya yaitu banyak desain yang kurang bermutu, dan banyak yang tidak bisa berbahasa Inggris dengan benar. Di situs itu nama Indonesia terkenal dengan keburukannya. Suka menjiplak karya orang lain, sering mengupload karya yang kurang berkualitas, dan terkadang memakai bahasa Indonesia di forum internasional itu. Alhasil banyak perbincangan yang mempermasalahkan itu. Artis-artis dahsyat dari Indonesia pun tidak terima dengan pembicaraan itu. Menurut mereka, banyak juga artis Indonesia yang berkualitas.
Ditutupnya situs tadi hampir bersamaan dengan rusaknya hardisk saya, yang berakibat hilangnya file master karya-karya saya, termasuk pekerjaan yang sedang saya kerjakan. Sejak saat itu saya jarang menghasilkan tema gelap lagi. Yang masih sering saya kerjakan adalah tema Indonesia yang saya terima belakangan, dan masih saya kerjakan hingga saat ini.
Selain mendesain kaos, saya juga suka mengerjakan mural bersama teman-teman. Saya suka karena terdapat suasana yang berbeda antara berkarya sendiri di dalam ruangan dengan berkarya bersama-sama di ruang publik. Ada semangat tersendiri. Namun mural bukan hobi yang wajib, karena membutuhkan waktu yang cukup lenggang.
Cat Air
Untuk teknik manual saya di atas kertas, pada awalnya saya
suka memakai cat poster. Warnanya tegas. Sejak awal masuk kuliah, proses
adaptasi saya dengan cat poster dan kuas lumayan lancar. Dengan melihat
teman-teman, saya mulai meniru sedikit demi sedikit. Namun, mulai tahun 2010,
saya lebih nyaman menggunakan cat air. Bukan murni cat air, tapi masih memakai
outline drawing pen.
Awalnya, ketertarikan saya akan cat air muncul ketika mendapat ajakan dari mas Edi Jatmiko, teman kuliah di ISI, untuk membuat buku seri pengetahuan untuk anak-anak. Dia memberi referensi karya cat air Tony Wolf yang digunakan untuk ilustrasi buku pengetahuan anak-anak. Warna yang matang, bentuk yang menarik dan memikat anak-anak untuk membacanya. Saat itu saya mulai belajar menggunakan cat air. Saya datang ke rumah mas Sony Prasetyotomo untuk melihat proses pewarnaan cat airnya. Teknik cat airnya cenderung memanfaatkan warna terang kertas untuk pembentukan gradasi. Sedikit berbeda dengan teknik Tony Wolf yang warna-warnanya pekat.
Dalam proses belajar teknik cat air, saya mencoba membuat karya untuk pameran Diskomplet. Itulah karya pertama saya dengan teknik ini. Melihat karya saya di Diskomplet, dosen saya (Pak Koskow) memberi saya beberapa lembar kertas khusus untuk cat air. Saya mencobanya di rumah untuk membuat karikatur saudara-saudara saya. Ternyata terasa sekali perbedaannya daripada menggunakan kertas yang biasa dipakai di kampus. Lebih enak. Sejak saat itu saya mulai ketagihan memakai teknik ini. Namun proyek pembuatan buku mas Edi tidak berjalan lancar karena dia sibuk dengan urusan-urusan lain.
Karya Tony Wolf |
Karya Cat Air Pertama / 2010 |
Melihat karikatur yang saya buat, ada teman yang minta
dibuatkan juga. Karena mulai banyak pesanan, saya mulai menetapkan tarif. Karya
karikatur saya upload ke Fb, dan semakin banyak yang pesan. Bentuk karikatur
sebenarnya mendistorsi bagian-bagian wajah yang menonjol. Tetapi orang awam
lebih suka membuat wajah semirip mungkin, hanya badannya saja yang dikecilkan
dan dibuat berbagai akting. Proses pembuatan karikatur ini awalnya saya
menggambar sket wajahnya dahulu dengan pensil, kemudian saya tambah sket
badannya, kemudian saya beri outline
dengan drawingpen 0.2 , baru setelah
itu saya warnai dengan cat air. Sampai saat ini saya masih mengerjakan
karikatur wajah.
Iklan
Satu hal lagi yang saya selami, yaitu dunia iklan. Saya mulai
tertarik dengan iklan sejak saya ikut acara event Wedangan yang diadakan oleh
ADGI chapter Jogja. Berkat ajakan Fuad Dibekali Lempuk (nama FB), saya selalu
datang ke event berbau iklan.
Saya tertarik dengan prosesnya. Tidak hanya sekedar memuaskan idealisme, tetapi mencermati kebutuhan klien dan target audience. Untuk memperdalam lagi tentang dunia iklan, saya masuk ke sebuah agency periklanan yang bernama Syafaat Marcomm (marketing communication). Masuk ke ranah marketing communication, karena tidak sebatas menggarap iklannya saja. Syafaat juga merancang event-event atau media-media lain yang dibutuhkan untuk mengkomunikasikan sebuah produk baik barang maupun jasa ke target audience.
Di situ, kerja tim begitu terlihat. Mulai dari marketing ke klien, brief klien yang masuk diolah dulu, dimatangkan, kemudian masuk ke divisi kreatif. Tim kreatif melakukan brainstorming untuk mendapat solusinya. Setelah ide didapat, graphic designer dan copy writer meramu sebuah final artwork yang ciamik. Final artwork diseleksi dulu oleh creativegrouphead, baru bisa dikirim ke klien, atau dibuat presentasi ke klien.
Secara teknik, yang penting di situ adalah teknik Digital Imaging dengan photoshop.Foto yang diambil digabungkan, diramu untuk menjadi visual yang menarik, kemudian difinishing di corel draw. Saya yang kurang mendalami photoshop harus belajar lagi mengoperasikan software itu.
Selain itu, iklan cenderung lebih mengutamakan white space. Dengan center of interest di visual, kemudian diperjelas di copy (teks)nya (tapi ini bukan rumus pasti, tergantung kebutuhan). Di situ saya belajar untuk lebih memperhatikan layout sehingga maksud dari iklan itu tersampaikan dengan mudah.
Sampai saat ini saya masih berkutat di dunia iklan.
wow...amazing dude.. :)
BalasHapussukaaa
hehe, karya2mu OK juga bro
BalasHapusSalam kenal, saya Lara dari Surabaya.
BalasHapusSaya murid kelas XI SMA, berminat kuliah di jurusan DKV.
Setelah cari-cari info, saya tertarik sama ISI Jogja.
Tapi masih galau juga sama universitas lain, hehe.
Kalau boleh tau, alasannya Mas dulu pilih ISI apa, ya?
Terus kira-kira kelebihannya ISI dibandingkan universitas lain apa?
Mohon bantuannya, terimakasih :)
Salam kenal juga Lara.
BalasHapusDi sana teknik dasar manualnya digarap lebih mendalam, di samping konsep dan digitalnya. Ada beberapa komunitas mahasiswa, di antaranya komunitas fotografi, drawing, periklanan, komik, animasi, sehingga kamu bisa gabung dan ngembangin minatmu bersama teman2 sekomunitas.
Di sana ada event dua tahunan buat mahasiswa diskomvis seIndonesia yang bernama Diskomfest. Bisa dibilang pestanya anak2 diskomvis lah :)
ampuh tenan sekarang kamu boy.:)
BalasHapushahah, kw opo meneh ...
Hapussatu guru satu ilmu di Cycomsta.. dadi kelingan komik pertama kali gaweanku, S.N.X..
BalasHapusdiupload Hom. Masih ada bangkainya nggak?
Hapuskatoke propan ranger kq koyo katokqu. he he
BalasHapuskatok kita kan kembaran mas sur. Bedane nggonku luwih pendek :)
BalasHapussalam kenal ane berminat di ISI dan ane milih jurusan DKV
BalasHapusawalnya ane bingung, bakat ane lebih ngarah ke animasi komik
bingung milih DKV ato desain animasi D3
tapi ortu menyarankan utk nyari yg S1 makanya ane milih DKV
*padahal ane belum bs photosop dan corel, ane baru bisa dasar2 dari photoshop dan ada lagi SAI, padahal masuknya DKV ._.
deg2an sama tesnya
tgl 27 mei ane tes tertulis di ISI
kalau boleh tau tes masuknya gimana ya?
dan disuruh bawa apa aja :o
maklum ngelaju dari semarang-jogja, kalo ada yg ketinggalan ato kurang gitu kan bingung
halo, salam kenal mi.
HapusPenguasaan software menurut sy bisa dipelajari dengan mudah, masalah kebiasaan aja. Sering berlatih lama-lama lancar sendiri mi.
Di ISI ada komunitas penggemar animasi kok. Ada mata kuliah animasi juga.
Nah, untuk persiapan tes besok, cek ke sini dulu:
http://isi.ac.id/category/admisi-pmb/
di situ ada keterangan tes n perlengkapan yang harus dibawa.
Dilihat dari alatnya (Pensil 2B s/d 6 B, spidol, drawing pen, spidol kecil hitam), kemungkinan kamu bakal diminta menggambar hitam putih aja.
Di situ juga nggak ada keterangan bakal ada tes tertulis kok.
mas minta contak nya
BalasHapushalo kak, boleh minta email gak kak? aku mau nanya-nanya banayk banget nih :") mohon dijawab ya kak
BalasHapusHaloo. Nggak sengaja buka blog lagi. Silakan ke email imamzet@gmail.com
Hapus