Langsung ke konten utama

Ruang Inspirasi



Belakangan ini saya hidup ditemani beberapa makhluk aneh. Mungkin orang menganggap mereka biasa. Bisa juga saya yang kurang kerjaan, sampai memikirkan hal-hal yang dianggap sepele. Tapi yang sepele ini ternyata mempunyai arti yang luas. Benar juga kalimat "hal-hal besar dimulai dari hal-hal yang kecil".

Beberapa malam ini kamar saya sering kemasukan kupu-kupu malam. Bukan kupu sebenarnya, tapi ngengat (dua-duanya masuk ke Ordo Lepidoptera). Hewan menyerupai kupu-kupu yang biasa hidup di malam hari, karena dia tertarik dengan cahaya. Masuk ke kamar saya, beterbangan muter-muter dan berkali-kali menabrak dinding, menabrak lampu. Dia tidak pernah kenal lelah.

Cicak-cicak yang ada di kamar saya sering memperhatikan kegiatan si ngengat. Ketika ngengat hinggap di salah satu sisi dinding, cicak-cicak berlari mendekat dengan sangat hati-hati. Namun sebelum berhasil mendekat, si ngengat sudah terbang lagi. 

Haha, sedikit geli juga melihat semangat cicak untuk mendapatkan ngengat. Dengan tubuh sekecil itu, dan melihat ngengat sebesar itu, sepertinya tidak mungkin cicak bisa memangsa ngengat. Kalaupun sudah berhasil tertangkap pun mungkin hanya tertangkap sayapnya saja.

Ternyata selain cicak, ada satu makhluk lagi yang memperhatikan ngengat dengan sabar. Dialah sang kodok. Eh, sang tokek maksud saya. Hewan ini bersembunyi di sudut tersembunyi atap kamar saya. Ketika cicak-cicak gagal mendapatkan ngengat, dia keluar dengan pelan, dengan santainya. Saya pikir, mungkin tokeklah yang bisa mendapatkan si ngengat. Tapi ukuran ngengat tetap masih saya anggap terlalu besar untuk menjadi santapan tokek.Saya perhatikan tokek tidak pernah beranjak dari tempatnya. Hanya memperhatikan dengan tajam.

Kembali saya melanjutkan pekerjaan, tiba-tiba ada yang aneh dengan suara kepakan sayap ngengat. Ternyata tubuh ngengat sudah berada di mulut tokek. Buset dah, ngengat segede itu bisa ketangkap juga.Tokek sudah beranjak dari tempat kediamannya, dan gerakannya tidak sia-sia. Dia mendapat mangsa besar. Sukses buat tokek! Beberapa saat kemudian sudah tidak terdengar suara ngengat, tanda dia sudah menyerahkan diri ke tokek.


Ternyata Yang Maha Pemberi Hidup itu maha adil. Dia memberi rizki yang cukup untuk mahkluk-makhlukNya. Cicak yang banyak gerak, jatahnya adalah nyamuk-nyamuk kecil yang gesit. Tokek yang besar dan jarang gerak, selain dapat nyamuk-nyamuk kecil juga mendapat bonus ngengat yang super gede. 

Belajar dari kesabaran si tokek, dan diingatkan dengan kisah yang barusan saya baca di dalam surat Maryam. Nabi Zakaria a.s. selalu berdoa untuk mendapat seorang anak keturunannya. Di usianya yang sudah tua dan dengan keadaan istrinya yang mandul, ia dikaruniai seorang anak, yaitu Yahya, anak yang sangat membanggakan.

Dia tidak pernah tidur. Dia tahu yang terbaik untuk makhluk-makhlukNya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumandang Takbir Kotagede 1432 H

Kumandang takbir menggema, suarakan kemenangan menyambut hari nan fitri. Memenuhi jalanan Kotagede, sangat terasa semangat putra putri kota perak itu. Jogja Istimewa Senin 29/08/2011, barisan takbir anak-anak dari beberapa pengajian anak di Kotagede memenuhi jalanan Kotagede bagian selatan. Start dari SMA N 5 (jl. Nyi Pembayun), dan finish di depan kantor kelurahan desa Jagalan (Jl. Mondorakan). Takbir keliling yang diadakan tiap tahun ini diadakan oleh sie pawai AMM Kotagede. Kegiatan ini dilombakan, dan tema tahun ini adalah "Keistimewaan Jogja dalam Keistimewaan Takbir". Dari tema, sudah terbayang atribut-atribut yang muncul pada malam hari itu. Pasti tidak jauh dari pakaian adat Jogja, terutama batik. Begitu juga dengan pengajian di tempat saya tinggal, yang memakai jarik sebagai bagian dari kostum takbir mereka. Salah satu daya tarik dalam event ini adalah kreatifitas peserta. Dari satu tema, bisa berkembang menjadi berbagai macam tampil...

Kilas Balik Perjalanan Karya Imam Zakaria (2008-2011)

Tempat pertama yang mengenalkan saya ke ilmu desain adalah Prodi Desain Komuniksai Visual ISI Yogyakarta. Waktu itu, bulan Juli 2008 saya mengikuti ujian masuk dkv ISI Jogja gelombang pertama. Tanpa persiapan yang matang. Entah itu teori desain atau belajar menghadapi tes masuk. Saat itu saya membawa pensil warna 12 warna milik adik saya. Dan pada saat tes wawancara, saya berhadapan dengan dua orang dosen penguji, yang belakangan saya baru tahu bahwa dua orang bapak itu adalah Pak Koskow dan Pak Baskoro. Di ruangan itu saya ditanya kenapa saya masuk ISI? “Karena saya ingin bekerja berdasar hobi saya, yaitu menggambar”, jawaban singkat saya. Ya, begitulah, di pikiran saya waktu itu, menurut saya pekerjaan yang tidak akan pernah membosankan adalah pekerjaan yang didasari oleh hobi. Karena akan dijalani dengan penuh suka cita.

Pameran Tugas Akhir DKV ISI Yogyakarta 2013

Selamat-selamat! Selamat ya teman-teman, Tugas Akhir kalian sudah jadi. Berikut ini beberapa dokumentasinya.