Langsung ke konten utama

Kumandang Takbir Kotagede 1432 H

Kumandang takbir menggema, suarakan kemenangan menyambut hari nan fitri. Memenuhi jalanan Kotagede, sangat terasa semangat putra putri kota perak itu.

Jogja Istimewa

Senin 29/08/2011, barisan takbir anak-anak dari beberapa pengajian anak di Kotagede memenuhi jalanan Kotagede bagian selatan. Start dari SMA N 5 (jl. Nyi Pembayun), dan finish di depan kantor kelurahan desa Jagalan (Jl. Mondorakan).

Takbir keliling yang diadakan tiap tahun ini diadakan oleh sie pawai AMM Kotagede. Kegiatan ini dilombakan, dan tema tahun ini adalah "Keistimewaan Jogja dalam Keistimewaan Takbir".

Dari tema, sudah terbayang atribut-atribut yang muncul pada malam hari itu. Pasti tidak jauh dari pakaian adat Jogja, terutama batik. Begitu juga dengan pengajian di tempat saya tinggal, yang memakai jarik sebagai bagian dari kostum takbir mereka.

Salah satu daya tarik dalam event ini adalah kreatifitas peserta. Dari satu tema, bisa berkembang menjadi berbagai macam tampilan yang unik, yang menjadi ciri khas masing-masing pengajian.




Bersiap-siap

Sore harinya, lampion besar karya teman-teman di pengajian saya dibawa ke lokasi start. Di sana sudah bertengger lampion-lampion lain, dengan masing-masing penjaga yang sebagian besar masih melakukan perbaikan untuk lampion mereka. Dari bentuknya, kebanyakan mengadaptasi dari bangunan-bangunan dan kebudayaan khas Jogja, mulai dari pendopo rumah joglo, miniatur kraton, tugu Jogja, kereta kencana, sampai dengan gunungan dalam wayang. Di luar itu, ada lampion tank, pesawat tempur, masjid, rumah khas cina, sampai dengan baliho bertuliskan tulisan arab.






Bentuk lampion pengajian saya adalah lampu teplok. Kenapa lampu teplok? Filosofinya, lampu ini adalah alat penerang yang sangat berarti bagi pengajian anak-anak pada jaman dulu, sebelum ada listrik di Jogja. Walaupun hanya diterangi redupnya lampu teplok, semangat belajar anak-anak pada jaman dahulu tidak pernah padam. Pada era modern ini, semangat tidak boleh luntur. Benda yang sekarang mulai dilupakan, kami harap bisa menjadi penggugah semangat takbir malam itu.


Nah, kembali lagi ke teknis persiapan lomba takbir keliling kemarin. Adik-adik pengisi barisan pengajian saya datang sekitar pukul 8 malam. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, yang selalu datang lebih awal. Dari undian, kami mendapat nomor urut 26, dari total peserta 29 pengajian. Alhasil, ketika pengajian lain sibuk mempersiapkan barisan dan berlatih memainkan musiknya, teman-teman masih santai menunggu giliran.

Melihat-lihat barisan pengajian lain, ternyata ada juga yang berkostum diluar gaya Jogja, yaitu kostum gaya kerajaan Fir'aun, dengan kain penutup kepala yang bermotif garis-garis horizontal. Ada barisan yang bergaya full Jogja, yaitu blangkon, surjan, dan jarik, dilengkapi dengan kostum para raja dan prajuritnya. Bahkan ada juga yang memakai baju pengantin lengkap, berpasangan pula.








Maju jalan!

Sekitar pukul setengah 11, barisan sudah disiapkan, musik dibunyikan, takbir dikumandangkan, maju jalan! Allahu Akbar!


Foto by:  Subhan


Di depan TK ABA Mushola Aisyiyah (Jl. Kemasan), terdapat pos penilaian. Di situlah formasi gerakan dan kebolehan musik ditampilkan, mengiringi takbir yang terus menggema. Selain di situ, formasi juga ditampilkan di depan pasar Kotagede, karena malam hari itu takbir keliling disaksikan oleh beberapa tamu penting, salah satunya bapak Din Syamsudin (Ketua PP Muhammadiyah).

O iya, pada takbir malam itu saya masuk dalam barisan pemain musik, bersama teman-teman yang memang bisa dikatakan sudah terlalu uzur untuk masuk barisan formasi pembawa lampion dan oncor. Di pengajian saya, barisan pembawa oncor dan lampion adalah anak-anak dan sebagian ABG. Yang lain menjadi bagian official, penarik lampion dan alat musik, serta teknisi sound. Kemarin ada bapak-bapak dari kampung yang ikut jalan, sekedar untuk mengabadikan momen itu, dan ikut merasakan lelahnya anak-anak.


Setelah melewati garis finish, barisan langsung dibawa pulang, begitu pula alat musik serta lampion. Sampai di kampung, atribut ditanggalkan, kotak makan diambil. Semua peserta melepas lelas dan makan bersama-sama. Fiuhh ... Setelah adik-adik pulang dan lokasi dibersihkan, para penggede datang ke lokasi, menunggu pengumuman hasil lomba.




Hasilnya ...

Waktu itu saya datang telat. Sampai di lokasi, ternyata para pemenang sudah diumumkan, dan kurang satu pengumuman lagi, yaitu Juara Umum. Ketika saya datang, teman-teman terlihat lesu dan capek. Perasaan saya bilang, kami belum dapat piala sama sekali. Ternyata ketika pengumuman terakhir dibacakan, juara umumnya adalah "PNF MANTAQO"!

(PNF=Pengajian Nuurul Falaah, pengajian anak-anak putri; Mantaqo=iMAN dan TAQWA, pengajian anak-anak putra)

Yeaaaahhhh ... !!! Teman-teman spontan berteriak. Jiah, ternyata pengajian kami mendapat juara umum dan 5 nominasi lainnya, yaitu the best costum, the best display, the best takbir, the most interactive group, dan juara 1 kategori musik kreatif.




Lomba ini dibagi dua kategori, yaitu kelompok musik drum band dan musik kreatif. Musik kreatif menggunakan alat musik selain drum band, sehingga penilaiannya bisa adil. Ada juara untuk musik kreatif, ada juara untuk drumband. Tetapi hanya ada 1 juara umum, diperoleh dari akumulasi nilai keseluruhan.

Malam itu kami pulang dengan mengucap takbir sepanjang jalan. Kemenangan kembali jatuh ke pengajian kami ...




Tetap Semangat (lagi)

Kemenangan adalah sebuah hadiah dari proses pembelajaran. Atas ijinNya pula kita meraih semua ini. Semoga kekompakan akan terus terjaga, bertambah semangat untuk berkumpul dalam pengajian rutin pada minggu-minggu berikutnya, dan adik-adik semakin semangat dalam mencari ilmu.

Kemenangan hari ini adalah hadiah perjuangan hari kemarin. Simpan rapat-rapat dalam almari, dan siapkan diri untuk berjuang lebih baik lagi, untuk masa yang akan datang. Tetap semangat, Mantaqo PNF!




music crew
music crew

Foto by: Fery

*Semua foto dokumen milik saya sendiri, kecuali yang ada caption di kanan bawahnya



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pameran Tugas Akhir DKV ISI Yogyakarta 2013

Selamat-selamat! Selamat ya teman-teman, Tugas Akhir kalian sudah jadi. Berikut ini beberapa dokumentasinya.

Mancing di "Pantai Pribadi" Ngobaran

Liburan di akhir pekan biasanya harus rela berbagi tempat dengan wisatawan lain yang juga ingin menikmati hari liburnya. Terakhir kali ke pantai daerah Gunung Kidul kemarin, saya harus melewati kemacetan yang terjadi di jalan menuju deretan pantai di sana. Mulai pantai Baron sampai Indrayanti, jalan dipenuhi dengan mobil yang datang maupun pergi. Sampai di Indrayanti, rasanya seakan-akan Malioboro pindah ke Gunung Kidul. Kerumunan orang sudah seperti cendol di es dawet, padet. Semakin ramainya orang membincangkan keelokan pantai Gunung Kidul dari mulut ke mulut sampai dengan online, seperti saya ini, membuat pantai-pantai daerah itu semakin ramai pengunjung, didukung dengan semakin banyaknya fasilitas seperti kamar mandi dan penjual makanan di pinggir pantai. Belajar dari pengalaman kemarin, liburan kali ini saya dan teman-teman menentukan tujuan jalan-jalan kali ini adalah pantai di sebelah barat pantai Baron, yaitu pantai Ngobaran. Jalur menuju Ngobaran agak berbeda dengan jalur ke