Langsung ke konten utama

Keroncongku Kini

Apa yang terjadi ketika kantor anda mati listrik? Melamun? Ngobrol? Ngemil? Atau main dakon?

Di kantor saya, tiba-tiba para karyawan jadi musisi dadakan. Seperti beberapa waktu yang lalu. Mereka membawakan Bengawan Solo. Dengan alat musik seadanya, yang penting gayeng.



Loh, kok anggotanya nggak komplit? Ya, saya belum berangkat, ada yang tidak ikut juga. Memang orang-orang kantor suka bermusik semua, kecuali para wanita. Kurang etis kalau mereka ikut teriak-teriak seperti kita para lelaki. Hehe ...

Lagu Bengawan Solo ternyata masih banyak diminati anak muda. Walau tidak dalam format aslinya seperti yang dibawakan oleh almarhum Gesang. Terbukti lagu ini banyak dibawakan oleh banyak musisi dalam versi yang bervariasi. Lihat saja Gigi, Balawan, ..... dan masih banyak lagi. Hasilnya pun sangat menarik bukan? Mereka membawakannya dengan gaya mereka masing-masing.





Namun, apakah hanya lagu-lagu keroncong lama saja yang membekas di hati kalangan muda saat ini? Bagaimana dengan lagu baru? Jawabannya, mungkin karena memang tidak ada lagu keroncong yang baru lagi. Atau ada yang baru, tapi tidak setenar lagu-lagu lama, dan rekamannya belum sampai di telinga kita. Semoga saja begitu.

Dilihat dari geliatnya di industri musik saat ini, keroncong memang sudah semakin surut. Padahal dahulu musik inni merupakan jenis musik yang ngehit di Indonesia. Gejala apa saja yang menyebabkannya? Kemudian, bagaimana cara musik ini bertahan di tengah gempuran warna musik modern saat ini? Mungkinkah perputaran mode akan berimbas juga pada musik ini, sehingga musik ini bisa ngehit kembali??

Nantikan tulisan saya selanjutnya .... :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumandang Takbir Kotagede 1432 H

Kumandang takbir menggema, suarakan kemenangan menyambut hari nan fitri. Memenuhi jalanan Kotagede, sangat terasa semangat putra putri kota perak itu. Jogja Istimewa Senin 29/08/2011, barisan takbir anak-anak dari beberapa pengajian anak di Kotagede memenuhi jalanan Kotagede bagian selatan. Start dari SMA N 5 (jl. Nyi Pembayun), dan finish di depan kantor kelurahan desa Jagalan (Jl. Mondorakan). Takbir keliling yang diadakan tiap tahun ini diadakan oleh sie pawai AMM Kotagede. Kegiatan ini dilombakan, dan tema tahun ini adalah "Keistimewaan Jogja dalam Keistimewaan Takbir". Dari tema, sudah terbayang atribut-atribut yang muncul pada malam hari itu. Pasti tidak jauh dari pakaian adat Jogja, terutama batik. Begitu juga dengan pengajian di tempat saya tinggal, yang memakai jarik sebagai bagian dari kostum takbir mereka. Salah satu daya tarik dalam event ini adalah kreatifitas peserta. Dari satu tema, bisa berkembang menjadi berbagai macam tampil...

Kilas Balik Perjalanan Karya Imam Zakaria (2008-2011)

Tempat pertama yang mengenalkan saya ke ilmu desain adalah Prodi Desain Komuniksai Visual ISI Yogyakarta. Waktu itu, bulan Juli 2008 saya mengikuti ujian masuk dkv ISI Jogja gelombang pertama. Tanpa persiapan yang matang. Entah itu teori desain atau belajar menghadapi tes masuk. Saat itu saya membawa pensil warna 12 warna milik adik saya. Dan pada saat tes wawancara, saya berhadapan dengan dua orang dosen penguji, yang belakangan saya baru tahu bahwa dua orang bapak itu adalah Pak Koskow dan Pak Baskoro. Di ruangan itu saya ditanya kenapa saya masuk ISI? “Karena saya ingin bekerja berdasar hobi saya, yaitu menggambar”, jawaban singkat saya. Ya, begitulah, di pikiran saya waktu itu, menurut saya pekerjaan yang tidak akan pernah membosankan adalah pekerjaan yang didasari oleh hobi. Karena akan dijalani dengan penuh suka cita.

Mancing di "Pantai Pribadi" Ngobaran

Liburan di akhir pekan biasanya harus rela berbagi tempat dengan wisatawan lain yang juga ingin menikmati hari liburnya. Terakhir kali ke pantai daerah Gunung Kidul kemarin, saya harus melewati kemacetan yang terjadi di jalan menuju deretan pantai di sana. Mulai pantai Baron sampai Indrayanti, jalan dipenuhi dengan mobil yang datang maupun pergi. Sampai di Indrayanti, rasanya seakan-akan Malioboro pindah ke Gunung Kidul. Kerumunan orang sudah seperti cendol di es dawet, padet. Semakin ramainya orang membincangkan keelokan pantai Gunung Kidul dari mulut ke mulut sampai dengan online, seperti saya ini, membuat pantai-pantai daerah itu semakin ramai pengunjung, didukung dengan semakin banyaknya fasilitas seperti kamar mandi dan penjual makanan di pinggir pantai. Belajar dari pengalaman kemarin, liburan kali ini saya dan teman-teman menentukan tujuan jalan-jalan kali ini adalah pantai di sebelah barat pantai Baron, yaitu pantai Ngobaran. Jalur menuju Ngobaran agak berbeda dengan jalur ke...