Setelah jalan-jalan, tanya-tanya, dianalisis, kemudian
dipikir-pikir, maka muncullah sesuatu untuk dituangkan. Dicarilah secarik
kertas kosong untuk dicorat-coret, kemudian dipoles di komputer. Setelah itu
diperiksakan untuk mendapat nilai dan komentar. Diperbaiki dulu, kemudian
hasilnya baru digoreskan ke media yang sebernarnya. Begitulah kata-kata
sederhana dari perancangan signsystem dan mural di Pekaten dalam rangkaian sub
event Kampus to Kampung. Mural di sini diposisikan sebagai bagian dari signsystem.
Suatu malam, beberapa anggota tim signsystem datang ke
mushola Assalam Pekaten. Bergabung dengan bapak-bapak dan ibu-ibu kampung
Pekaten. Tim mempresentasikan rancangan signsystem dan mural yang sudah mereka
buat, serta membahas acara pentas seni yang akan mereka selenggarakan bersama. Tanggapan
dan masukan pun didapat.
Ibu-ibu menyambut antusias acara tersebut (itu
pertamakalinya tim dipertemukan dengan ibu-ibu guna membahas acara tersebut).
Muncul pertanyaan khas kaum ibu yang belum pernah kami bahas dengan kaum bapak,
yaitu "Konsumsinya gimana dek?".
Sehingga malam hari itu sekaligus membahas tuntas mengenai konsumsi
untuk rangkaian kegiatan yang akan berlangsung di kampung Pekaten. J
Serbuan Makhluk Asing!
Akhirnya, pada sore hari Senin 11 Oktober 2010, datang
rombongan mahasiswa dkv ISI Yogyakarta ke Pekaten. Hari pertama kerjabakti
sekitar tiga puluhan mahasiswa datang ke lokasi. Memang tahap eksekusi adalah
bagian yang paling seru sehingga banyak peminat. Melihat kedatangan orang
sebanyak itu, sepertinya warga terkaget-kaget. Dalam bayangan mereka, yang akan
datang hanya beberapa mahasiswa yang biasa wira-wiri di hari-hari
sebelumnya. Tapi ternyata peserta membludak. Kesalahpahaman terjadi di antara
pengurus kampung yang sudah memberi
ijin, mahasiswa sebagai tamu, dan warga kampung yang menjadi tuan rumah.
Melihat situasi tersebut, para mahasiswa, pengurus kampung beserta Pak Natsir berembug di kantor Yayasan Kantil. Dalam rembugan
itu dibicarakan jalan tengah untuk mengatasi kesalahpahaman tadi.
Malam itu, rombongan dari ISI beserta warga Pekaten
dikumpulkan di lapangan Younco (lapangan bukutangkis yang biasa dijadikan pusat
kegiatan warga Pekaten). Salah satu pengurus kampung menjelaskan duduk
permasalahannya, mengenalkan kami ke warga Pekaten yang lain, mengutarakan
maksud kedatangan kami. Akhirnya kumpul-kumpul di lapangan berhasil mencairkan
suasana. Kulo nuwun kami sudah sampai kepada warga, dan warga pun
mempersilahkan dan mendukung kami untuk mengadakan seluruh rangkaian kegiatan
Kampus to Kampung.
Kemudian, tim signsystem bersama beberapa warga berkeliling
kampung Pekaten untuk memastikan daerah mana saja yang akan dipasang sign.
Sementara itu, tim mural bersama warga membahas desain yang akan mereka
tuangkan ke tembok. Dari rencana semula yang hanya dua sisi tembok, atas dasar
permintaan warga, akan ada tujuh sisi tembok yang akan dimural.
Saatnya Beraksi
Hari Kedua, tim berkumpul di Pekaten pukul 19.00 WIB.
Penggarapan dimulai. Malam itu, tim bersama warga mulai memotong plat besi yang
akan dijadikan sign. Plat yang dipakai berupa plat sisa percetakan. Malam itu
semua plat sudah selesai terpotong. Siap ditimpa cat. Sementara itu, tim mural
mulai menggoreskan kuasnya pada spot-spot yang sudah ditentukan
.
Hari Ketiga, goresan pertama pada plat penanda oleh
anak Pekaten dilakukan pukul empat sore. Setelah itu, tim sign bersama
warga mulai mengecat plat-plat sesuai desain yang sudah disepakati dan dicetak
sebagai contekan. Anak-anak pun ikut membantu dengan bimbingan teman-teman
mahasiswa.Keakraban pun mulai terasa.
Hari Keempat, diadakan lomba menggambar bagi
anak-anak Pekaten. Bertempat di lapangan Youngco. Lomba dimulai sekitar pukul
setengah empat sore. Beberapa anak sudah membawa peralatannya sendiri,
sedangkan yang lain meminjam peralatan teman di sampingnya. Mereka menikmati
kegiatan tersebut dan asyik menuangkan imajinasinya pada selembar kertas. Saat
itu, tiba-tiba hujan turun, alhasil semua berteduh di teras Pak Nowo.
Pembuatan sign dan mural berlangsung hingga malam
hari. Walaupun sudah ada panduan desain sign yang disetujui, dalam pengerjaannya ada beberapa plat yang ditulisi dengan kata-kata menurut kreasi warga
sendiri. Kata-kata bernada guyonan
yang mereka tuliskan sendiri semakin menambah rasa memiliki terhadap signsystem
tersebut. Hal inilah yang ingin disampaikan, bahwa karya ini bukan semata-mata
murni proyek mahasiswa, tetapi juga hasil karya warga Pekaten dan milik mereka.
Hari Kelima, mural tembok Sekolah Dasar Loka Selekta
dimulai siang hari. Awalnya tim mural berencana untuk memulai mural bersama
anak-anak SD, tetapi karena mulainya sudah agak siang, anak-anak tidak jadi turut
serta pada siang itu. Sore harinya, ada beberapa anak datang membantu.
Hari ini, pengecatan plat sign sudah selesai. Malam
harinya, tim bersama warga bergotong-royong memasangnya di tempat-tempat yang
sudah ditentukan.
Hari Keenam, tim komik berkumpul di kampus untuk menggarap
panel komik yang akan dipamerkan di Pekaten. Sementara itu, di Pekaten, tim sign
bersama warga menyelesaikan pemasangan signsystem. Hingga malam
hari, masih ada satu tembok yang belum tergarap mural, yaitu dinding rumah di
depan mushola Assalam. Akhirnya, mural di lokasi itu dimulai pukul 20.00 WIB
hingga 03.00 WIB.
Hari itu adalah malam terakhir kerjabakti, karena malam
berikutnya adalah puncak acara di Pekaten, yaitu pentas seni. Malam itu warga
memasak mie rebus dalam jumlah banyak.Tim mural yang tersisa bersama
bapak-bapak ronda menyantap bersama di teras lapangan Youngco. Walaupun sudah
dua-tiga kali ambil, mie masih tersisa banyak. Haduuh, sudah pak. Kita sudah
nggak kuat!
Mengamati Hasil
Akhirnya, signsystem / plat penanda sudah selesai
dipasang, mural pun selesai digarap. Di tembok utara rumah Pak Natsir, terdapat
tulisan "nguri-uri tinggalane simbah" dengan gambar seorang wanita
Jawa dan hiasan sulur serta batik Jawa. Di depannya terdapat dua buah tempat
duduk dari semen, digambari bentuk sofa empuk dengan nuansa Jogja. Berjalan ke
utara lagi, tulisan "Kampung Pekaten" di bagian atas gerbang menuju
lapangan Youngco. Ke utara lagi, ada gambar seorang perempuan dengan pakaian
adat Jawa sederhana sedang bermain engklek. Tulisan di atasnya memperingatkan
pengguna jalan untuk hati-hati karena banyak anak-anak kerap bermain di area
tersebut. Pada sisi utaranya, ada gambar Gatotkaca mengingatkan orang untuk
sholat, dan tepat di atasnya ada sign penunjuk ke mushola. Di rumah
depan mushola Assalam, menghadap ke barat, ada gambar aktifitas warga Pekaten,
dan ada seorang laki-laki berpakaian ustad, mengingatkan orang untuk sholat.
Dari mushola berjalan ke timur, tembok yang menghadap ke timur bergambar Bagong
yang mengacungkan ibu jari ke atas juga mengingatkan untuk sholat. Berjalan ke
timur lagi, terdapat gambar yang mengingatkan jam bertamu di wilayah Pekaten.
Di pintu masuk Pekaten dari samping SD Loka ada gambar kegiatan belajar
mengajar dengan tokoh Punokawan.
Komentar
Posting Komentar