Langsung ke konten utama

Kapan Lagi Kita Menyapa Alam ???

Belum lama ini saya bertemu dengan teman kampus yang suka berjelajah. Spontan dia bertanya, "Berani naik Semeru nggak Mam?"
"Turah Wanine (=berani banget)! hahaha ... " jawabku asal.
Ternyata dia agak serius juga. Setelah bertanya ke saya, dia bertanya ke teman-teman yang lain. Agaknya dia baru punya sedikit pengikut. Yah, namanya gunung Semeru, pasti orang mikir-mikir dulu untuk naik ke sana. Gunung berapi tertinggi di Jawa dengan ketinggian 3.676 m dari permukaan laut. Di gunung inilah, salah seorang aktivis Indonesia meninggal, yaitu Soe Hok Gie.

Ajakan teman saya itu mengingatkan saya akan beberapa tahun yang lalu, saat masih gemar main kesana-kemari. Waktu itu sepertinya tahun 2007an. Saya ikut-ikutan naik gunung. Kalau tidak salah, namanya Gunung Gede, di daerah Bogor. Karena sedang musim liburan, tempat itu ramai pengunjung. Banyak rombongan dari berbagai daerah naik bersama-sama kami.

Brrr ... seru sekali rasanya. Ketika masih di bawah, semangat masih membara. Langkah kaki begitu cepat, tak sabar mencapai puncak. Namun, ternyata tak seperti yang dibayangkan. Belum sampai setengah jalan, tenaga sudah terkuras. Hehehe ... Setelah beristirahat, akhirnya kita jalan lagi, pelan tapi pasti.




Begitu sampai puncak, wuahhh ... takjub sekali saya dengan ciptaanNya. Dunia serasa begitu indah ...
Rasa capek yang tadi terasa seakan hilang, terlupakan ... Di tempat yang sangat luas itu berdiri tenda-tenda dari para pendaki. Termasuk tenda kami. Akhirnya kami bermalam di tenda itu.

Yang membuat saya heran adalah, ada seorang penjual nasi yang menyalip perjalanan naik kami. Tak lama lagi, kami berpapasan lagi dengannya. Dia sedang turun. Eh, tidak lama kemudian, lagi-lagi dia menyalip kami. Dan begitu kita sampai di atas, ternyata dia sudah ada di sana, dan kamipun membeli nasi darinya. Hebaat.




Esok paginya, kami melanjutkan perjalanan. Melewati asap belerang, yang di tepinya sudah terpasang pembatas dari besi sebagai pengaman. Kemudian kami berjalan menuruni gunung. Jalan turun terasa lebih cepat daripada naiknya. Tinggal melangkahkan kaki saja. Tapi kaki sudah terasa sedikit pegal.

Fiuhhh, begitu terasa kebesaranNya ketika kita berada di alam bebas.











 ---

Perjalanan kami berlanjut ke gunung Pulosari Tangerang. O iya, perjalanan ini berlangsung beberapa bulan setelah perjalanan ke Gunung Gede. Kali ini, kami hanya berempat, ditambah satu orang yang naik sendiri, baru ketemu kita di puncak. Di puncak itu pun hanya ada 1 tenda kami. Puncak Pulosari lebih sempit daripada gunung gede. Bisa dilihat dari namanya juga sih. Namanya gede, pasti puncaknya gede juga (yang ini asal ketik).

Jalan di gunung ini rasanya lebih terjal dari gunung Gede.Namun  suasananya tidak kalah menarik dengan gunung Gede.











Sekarang,
Masihkah ada waktu untuk bercengkrama dengan alam lagi ?
Kapan lagi teman-teman dan kakak-kakak sekalian?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumandang Takbir Kotagede 1432 H

Kumandang takbir menggema, suarakan kemenangan menyambut hari nan fitri. Memenuhi jalanan Kotagede, sangat terasa semangat putra putri kota perak itu. Jogja Istimewa Senin 29/08/2011, barisan takbir anak-anak dari beberapa pengajian anak di Kotagede memenuhi jalanan Kotagede bagian selatan. Start dari SMA N 5 (jl. Nyi Pembayun), dan finish di depan kantor kelurahan desa Jagalan (Jl. Mondorakan). Takbir keliling yang diadakan tiap tahun ini diadakan oleh sie pawai AMM Kotagede. Kegiatan ini dilombakan, dan tema tahun ini adalah "Keistimewaan Jogja dalam Keistimewaan Takbir". Dari tema, sudah terbayang atribut-atribut yang muncul pada malam hari itu. Pasti tidak jauh dari pakaian adat Jogja, terutama batik. Begitu juga dengan pengajian di tempat saya tinggal, yang memakai jarik sebagai bagian dari kostum takbir mereka. Salah satu daya tarik dalam event ini adalah kreatifitas peserta. Dari satu tema, bisa berkembang menjadi berbagai macam tampil...

Kilas Balik Perjalanan Karya Imam Zakaria (2008-2011)

Tempat pertama yang mengenalkan saya ke ilmu desain adalah Prodi Desain Komuniksai Visual ISI Yogyakarta. Waktu itu, bulan Juli 2008 saya mengikuti ujian masuk dkv ISI Jogja gelombang pertama. Tanpa persiapan yang matang. Entah itu teori desain atau belajar menghadapi tes masuk. Saat itu saya membawa pensil warna 12 warna milik adik saya. Dan pada saat tes wawancara, saya berhadapan dengan dua orang dosen penguji, yang belakangan saya baru tahu bahwa dua orang bapak itu adalah Pak Koskow dan Pak Baskoro. Di ruangan itu saya ditanya kenapa saya masuk ISI? “Karena saya ingin bekerja berdasar hobi saya, yaitu menggambar”, jawaban singkat saya. Ya, begitulah, di pikiran saya waktu itu, menurut saya pekerjaan yang tidak akan pernah membosankan adalah pekerjaan yang didasari oleh hobi. Karena akan dijalani dengan penuh suka cita.

Mancing di "Pantai Pribadi" Ngobaran

Liburan di akhir pekan biasanya harus rela berbagi tempat dengan wisatawan lain yang juga ingin menikmati hari liburnya. Terakhir kali ke pantai daerah Gunung Kidul kemarin, saya harus melewati kemacetan yang terjadi di jalan menuju deretan pantai di sana. Mulai pantai Baron sampai Indrayanti, jalan dipenuhi dengan mobil yang datang maupun pergi. Sampai di Indrayanti, rasanya seakan-akan Malioboro pindah ke Gunung Kidul. Kerumunan orang sudah seperti cendol di es dawet, padet. Semakin ramainya orang membincangkan keelokan pantai Gunung Kidul dari mulut ke mulut sampai dengan online, seperti saya ini, membuat pantai-pantai daerah itu semakin ramai pengunjung, didukung dengan semakin banyaknya fasilitas seperti kamar mandi dan penjual makanan di pinggir pantai. Belajar dari pengalaman kemarin, liburan kali ini saya dan teman-teman menentukan tujuan jalan-jalan kali ini adalah pantai di sebelah barat pantai Baron, yaitu pantai Ngobaran. Jalur menuju Ngobaran agak berbeda dengan jalur ke...