Langsung ke konten utama

Membolang di Kota Tua Chiang Mai

Tidak terasa sudah tahun 2016 saja. Ternyata banyak momen menarik antara 2014 & 2015 yang belum sempat mampir di blog. Salah satunya adalah yang akan saya tulis kali ini.

Chiang Mai 2014
Perjalanan itu berawal dari penyusunan paper bersama teman-teman beberapa bulan yang lalu, yang akhirnya diterima dengan banyak revisi dari reviewer, dan kami diundang dalam rangkaian seminar yang diadakan di sana. Jadwal kegiatan utama yang kami ikuti sebenarnya hanya tiga hari, tapi kami menghabiskan waktu lima hari disana, ditambah perjalanan menjadi tujuh hari.

Karena Mengejar Deadline
Hari itu Minggu 9 November, hari terakhir di Chiang Mai. Pagi harinya saya ditinggal dua teman saya yang katanya mau jalan-jalan ke wat, sebutan tempat ibadah umat Budha di Tailand. Di Chiang Mai memang banyak sekali wat, dari yang baru sampai peninggalan-peninggalan lama. Pagi itu saya duduk di tempat makan kecil milik Soisabai guest house, tempat kami menginap, di Loikroh Rd (road). Ditemani segelas kopi susu ukuran jumbo yang rasanya agak aneh, siaran televisi lokal, netbook, dan seekor anjing lucu yang nurut sekali ke saya setelah saya beri makan sepotong kue. Di situ saya menyelesaikan kerjaan desain yang tertunda beberapa hari kemarin.

Nonton TV di Soisabai
Selesai pukul 10 pagi, saya mengirim pesan ke teman-teman yang sudah di luar sana, namun tanpa balas. Akhirnya saya putuskan untuk keluar sendiri. Saya menyewa sepeda seharga 50 THB (Thai Baht), kalau dalam rupiah sekitar 20.000 rupiah. 1 THB kurang lebih setara dengan Rp 400,-. Sebagai jaminan, saya harus meninggalkan uang 500 THB atau paspor yang bisa diambil ketika mengembalikan sepeda. Sepeda sudah di tangan, saatnya membolang.

Gowess
Muter Beteng
Chiang Mai adalah bekas ibukota kerajaan, sehingga di sana-sini banyak peninggalan sejarah yang menarik untuk dikunjungi. Bekas benteng dan parit besar yang mengelilingi kota, yang dahulu berguna untuk pertahanan, sampai sekarang masih ada. Hampir sama dengan benteng yang mengelilingi kawasan keraton Jogja, namun lebih luas, dan jalanannya lebih lebar. Ibukota yang berbentuk segiempat mempunyai 6 gerbang, 2 gerbang di timur dan barat, serta 4 gerbang di sisi utara dan selatan. Berbekal peta kecil, rencana perjalanan saya pagi itu adalah mengelilingi beteng dan menikmati suasana kota bekas kerajaan itu.
Salah satu gerbang di Chiang Mai
Udara segar, cuaca panas menjelang musim hujan. Banyak sepeda motor lalu-lalang. Tidak jauh berbeda dengan Jogja. Perbedaan besarnya adalah, orang tidak bisa merokok di sembarang tempat. Banyak stiker dilarang merokok, mulai dari warung makan sampai dengan angkot, dan kesadaran menaati aturan tersebut terbilang cukup tinggi. Pernah, ketika saya jalan di pasar, ada bule cewek yang merokok, kena marah petugas keamanan di sana. Selain tentang rokok, jarang ada sampah berserakan di pinggir jalan. Tempel-tempelan iklan di tiang listrik dan banner-banner iklan memang cukup banyak, namun tidak sebanyak di Jogja.




Vandalisme juga saya temui di sini, namun hanya sedikit, di beberapa barang yang tidak terpakai. Coretan grafiti saya lihat ada di sudut kota yang tidak terlalu ramai. Itupun dibuat seadanya.

Coretan di telepon umum

grafiti di sudut kota
bersambung besok lagi ...



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumandang Takbir Kotagede 1432 H

Kumandang takbir menggema, suarakan kemenangan menyambut hari nan fitri. Memenuhi jalanan Kotagede, sangat terasa semangat putra putri kota perak itu. Jogja Istimewa Senin 29/08/2011, barisan takbir anak-anak dari beberapa pengajian anak di Kotagede memenuhi jalanan Kotagede bagian selatan. Start dari SMA N 5 (jl. Nyi Pembayun), dan finish di depan kantor kelurahan desa Jagalan (Jl. Mondorakan). Takbir keliling yang diadakan tiap tahun ini diadakan oleh sie pawai AMM Kotagede. Kegiatan ini dilombakan, dan tema tahun ini adalah "Keistimewaan Jogja dalam Keistimewaan Takbir". Dari tema, sudah terbayang atribut-atribut yang muncul pada malam hari itu. Pasti tidak jauh dari pakaian adat Jogja, terutama batik. Begitu juga dengan pengajian di tempat saya tinggal, yang memakai jarik sebagai bagian dari kostum takbir mereka. Salah satu daya tarik dalam event ini adalah kreatifitas peserta. Dari satu tema, bisa berkembang menjadi berbagai macam tampilan yang unik, yang menja

Pameran Tugas Akhir DKV ISI Yogyakarta 2013

Selamat-selamat! Selamat ya teman-teman, Tugas Akhir kalian sudah jadi. Berikut ini beberapa dokumentasinya.

Jalan-jalan Kotagede di Awal 2014

Agenda pertama di tanggal pertama tahun 2014 adalah jalan-jalan di Kotagede bersama beberapa teman Perpustakaan Heritage Kotagede dan Sanggar Tari Sekar Mayang . Banyak peserta sanggar yang berasal dari luar Kotagede yang belum pernah memasuki lorong-lorong daerah ini. Teman-teman penduduk asli pun banyak yang belum tahu tentang Kotagede dan sejarahnya. Dipandu Mas Agung, salah satu penulis dalam buku Toponim Kotagede, kami seperti membawa ensiklopedi berjalan. di depan perpus