Langsung ke konten utama

Mancing di "Pantai Pribadi" Ngobaran

Liburan di akhir pekan biasanya harus rela berbagi tempat dengan wisatawan lain yang juga ingin menikmati hari liburnya. Terakhir kali ke pantai daerah Gunung Kidul kemarin, saya harus melewati kemacetan yang terjadi di jalan menuju deretan pantai di sana. Mulai pantai Baron sampai Indrayanti, jalan dipenuhi dengan mobil yang datang maupun pergi. Sampai di Indrayanti, rasanya seakan-akan Malioboro pindah ke Gunung Kidul. Kerumunan orang sudah seperti cendol di es dawet, padet. Semakin ramainya orang membincangkan keelokan pantai Gunung Kidul dari mulut ke mulut sampai dengan online, seperti saya ini, membuat pantai-pantai daerah itu semakin ramai pengunjung, didukung dengan semakin banyaknya fasilitas seperti kamar mandi dan penjual makanan di pinggir pantai.

Belajar dari pengalaman kemarin, liburan kali ini saya dan teman-teman menentukan tujuan jalan-jalan kali ini adalah pantai di sebelah barat pantai Baron, yaitu pantai Ngobaran. Jalur menuju Ngobaran agak berbeda dengan jalur ke Baron dan pantai-pantai di sebelah timurnya, sehingga dalam perjalanan kami jarang sekali berpapasan dengan kendaraan wisatawan lain. Dipilihnya pantai ini karena di sini terdapat banyak cekungan-cekungan karang yang jika air pantai surut, akan ada banyak ikan yang terjebak di situ, sehingga menjadi lokasi yang enak untuk memancing. Dan benar sekali, keitka kami datang, hari itu pantai ini sepi. Hanya ada beberapa penduduk setempat yang sedang memancing dan mencari rumput laut. Kami mendapat kolam pemancingan sekaligus pemandian pribadi bernama pantai Ngobaran!



Kembali ke awal keberangkatan. Hari itu kami mengambil jalur selatan, bukan jalur jalan Wonosari yang melewati bukit bintang. Dari kampus, jalan Paragtritis, kami berjalan ke selatan ke arah Imogiri, kemudian mengambil jalan menuju Selopamiro (jalan menuju jembatan kuning Selopamiro). Ikuti jalan utama, dan ikuti petunjuk ke arah Wonosari. Rute jalan tersebut jauh lebih sepi dibanding melewati jalan Wonosari. Melewati perkampungan, hutan, sawah, yang serba hijau.

Karena sedang masa kampanye, kami melewati banyak atribut kampanye di tepi jalan. Semakin ramai penduduk, semakin banyak atribut yang terpasang di tepi jalan. Namun ada juga baliho yang terpasang di tengah kehijauan, yang semakin membuatnya terlihat eyecatching. Dilihat dari tagline "... maju lancar" dan posisi penempatannya, target audience baliho tersebut memang untuk pengendara jarak jauh dari Gunung Kidul menuju Bantul. Frasa "maju lancar" sering kita lihat di kendaraan-kendaraan besar seperti bus dan truk. Tanda pada kendaraan yang mengasosiasikan kebesaran, kecepatan, dan kelancaran tersebut dipinjam dalam media kampanye caleg dan dihubungkan dengan proses pencalonannya. Lalu, apakah media yang menjadi penunggu pohon tersebut efektif mempersuasi target?


Wah wah, malah ngurusi kampanye caleg. Liburan liburan ... kembali ke liburan. Sekitar pukul 12 siang, kami mampir sejenak di tepi jalan. Di sana kami melihat lapangan sepakbola yang beralih fungsi menjadi surga para kambing. Kambing-kambing tersebut bebas memakan rumput yang ada di sana. Teman saya, Male, iseng mau menangkap cempe, anak kambing, yang ternyata takut dengan orang asing. Hehe ...


Tidak terasa, kami sudah sampai di persimpangan yang menentukan ujung perjalanan kami hari itu. Ke kiri ketemu pantai Baron dan kawan-kawan, kalau lurus ke pantai Ngrenehan, Ngobaran, dan Nguyahan. Kami pun mengambil jalan lurus.

Sampai di pintu gerbang Ngobaran, kami melihat bangunan gaya campuran, antara Hindu dan Budha, yang sepertinya masih dalam tahap pembangunan. Terlihat gerbang gaya Hindu, tapi di beberapa tempat terdapat bentuk stupa. Di bawahnya ada bangunan menyerupai mushola, tapi berisi pasir pantai. Anehnya, mihrabnya menghadap ke selatan. Nah lho?

Naahhh, tanpa pikir panjang, kami segera meletakkan barang-barang kami di karang tepi pantai, peralatan mancing dikeluarkan, kacamata renang dikeluarkan, dan, mancing dimulai. Peralatan memancing milik Eki ternyata cukup lengkap, mulai dari kail sampai dengan berbagai macam bentuk umpan plastik. Dia juga sudah membeli cacing tanah, yang ternyata tidak terpakai. Menurut petunjuk anak-anak daerah setempat yang sedang memancing juga, umpan yang dimakan ikan-ikan di situ adalah semacam cacing pantai yang bisa dicari di balik rumput yang menempel di karang. Benar juga, dengan umpan itu saya juga berhasil mendapat ikan kecil berwarna hitam dengan pola lingkaran di bagian atasnya. Eki berhasil memancing belut laut yang akhirnya dibawa pulang.


Tepi pantai terdapat bukit yang membuat pinggir pantai mempunyai tempat untuk berteduh dari sengatan matahari. Di sebelah timur ada pancaran mata air tawar yang cukup deras alirannya. Kalau mau berendam, ada cekungan karang yang cukup lebar. Karang yang mengelilinginya membuat kita cukup aman dari seretan ombak.



Berniat mengambil foto memancing, hape saya ternyata pengen liburan juga. Dia jatuh dari saku teman saya dan menyelam di karang. Ckckck, akhirnya hanya sedikit foto yang berhasil diambil.


Agak sore, ternyata mulai berdatangan wisatawan lain, mulai dari dua pasang remaja sampai dengan rombongan kecil keluarga. Tapi kepulangan kami tetap yang terakhir. Pukul 16.30 kami beranjak dari air dan menuju tempat bilas ... Di tempat parkir masih banyak mobil terparkir. Ternyata banyak pengunjung yang bersantai di bukit di atas pantai, bukannya di air.

Cukup untuk hari ini. Kami pulang dengan rute yang sama, dan berakhir di sate klatak Imogiri. Tempat Pak Pong, kata penjualnya harus ngantri 1 jam. Ckckck ... Karena sudah kelaparan, kami menunju tempat lain yang tidak kalah enaknya ... Banyak yang masih penasaran dengan yang namanya sate klatak, sehingga kebanyakan memesan sate. Namun bagi saya tongseng masih menjadi yang menjadi menu favorit di situ.

Komentar

  1. Live Online Baccarat - Free Baccarat Game Ideas
    The concept of live Baccarat was born on January 3, งานออนไลน์ 1942. It was a system of playing baccarat to 1xbet korean the people that could 바카라 make the most of it.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumandang Takbir Kotagede 1432 H

Kumandang takbir menggema, suarakan kemenangan menyambut hari nan fitri. Memenuhi jalanan Kotagede, sangat terasa semangat putra putri kota perak itu. Jogja Istimewa Senin 29/08/2011, barisan takbir anak-anak dari beberapa pengajian anak di Kotagede memenuhi jalanan Kotagede bagian selatan. Start dari SMA N 5 (jl. Nyi Pembayun), dan finish di depan kantor kelurahan desa Jagalan (Jl. Mondorakan). Takbir keliling yang diadakan tiap tahun ini diadakan oleh sie pawai AMM Kotagede. Kegiatan ini dilombakan, dan tema tahun ini adalah "Keistimewaan Jogja dalam Keistimewaan Takbir". Dari tema, sudah terbayang atribut-atribut yang muncul pada malam hari itu. Pasti tidak jauh dari pakaian adat Jogja, terutama batik. Begitu juga dengan pengajian di tempat saya tinggal, yang memakai jarik sebagai bagian dari kostum takbir mereka. Salah satu daya tarik dalam event ini adalah kreatifitas peserta. Dari satu tema, bisa berkembang menjadi berbagai macam tampilan yang unik, yang menja

Pameran Tugas Akhir DKV ISI Yogyakarta 2013

Selamat-selamat! Selamat ya teman-teman, Tugas Akhir kalian sudah jadi. Berikut ini beberapa dokumentasinya.

Jalan-jalan Kotagede di Awal 2014

Agenda pertama di tanggal pertama tahun 2014 adalah jalan-jalan di Kotagede bersama beberapa teman Perpustakaan Heritage Kotagede dan Sanggar Tari Sekar Mayang . Banyak peserta sanggar yang berasal dari luar Kotagede yang belum pernah memasuki lorong-lorong daerah ini. Teman-teman penduduk asli pun banyak yang belum tahu tentang Kotagede dan sejarahnya. Dipandu Mas Agung, salah satu penulis dalam buku Toponim Kotagede, kami seperti membawa ensiklopedi berjalan. di depan perpus