Langsung ke konten utama

Jalan-jalan Pelestari Pusaka di Surabaya

Beberapa hari yang lalu, saya mendapat jatah liburan 10 hari di Surabaya. Sebenarnya bukan liburan murni, tetapi ada 2 acara di sana.

Yang pertama adalah pelatihan membuat aplikasi smartphone jelajah pusaka. Jelajah pusaka adalah jalan-jalan di kawasan pusaka. Sebagai contoh, di Kotagede orang bisa jalan-jalan menikmati bangunan-bangunan khas, lorong-lorong sempit, menikmati dan menonton proses pembuatan makanan khas daerah ini, menjumpai kehidupan masyarakatnya, dan masih banyak lagi. Yang dijumpai di situ bisa dikatakan sebagai potensi pusaka Kotagede. Dalam acara ini terdapat 10 kelompok peserta dari berbagai daerah di Indonesia, serta 5 kelompok sebagai observer kegiatan. 

Acara yang kedua adalah temu pusaka indonesia 2012. Di sini berkumpul para pecinta dan pelestari pusaka dari berbagai daerah di Indonesia, dengan tema “Pusaka Rakyat: Pelestarian Kampung beserta Lingkungan dan Budayanya”. Dalam kedua acara tersebut, saya dan teman saya mewakili organisasi pelestari pusaka di Kotagede yang bernama Forum Joglo.

Bolang di Monumen Perjuangan
Jum'at pagi pesawat take off dari Yogyakarta pukul 06.00 WIB, dan sampai di Surabaya pukul tujuh. Padahal acara hari itu baru dimulai malam hari. Kenapa naik pesawat pagi? Karena, tiket yang tersisa hari itu tinggal keberangkatan di pagi hari. Begitulah ... Akhirnya acara sebelum check in hotel adalah jalan-jalan ke Tugu Pahlawan.






nasi goreng & es teh versi JUMBO

Menggodog Konten Aplikasi
Konten aplikasi ini berupa peta jelajah, foto-foto potensi pusaka, serta keterangan menarik mengenai potensi. Acara tidak melulu berada di ruangan, tetapi diselingi dengan jelajah suatu kawasan di Surabaya, di antaranya kawasan Pecinan, museum Sampoerna, dan muter-muter kota Surabaya dengan bus. Karena sasaran aplikasi ini adalah para wisatawan, maka kita harus merasakan sebagai wisatawan terlebih dahulu, sehingga tahu kebutuhan kita sebagai wisatawan.

toko kue di daerah Pecinan

di perkumpulan Hwie Tiauw Ka (atas &kiri bawah)
& rumah sembahyang keluarga Han (kanan bawah)

Kelenteng Hok An Kiong

perkenalan di hari pertama

perkenalan aplikasi

menggodog konten

museum Sampoerna

presentasi konten

bersambung ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumandang Takbir Kotagede 1432 H

Kumandang takbir menggema, suarakan kemenangan menyambut hari nan fitri. Memenuhi jalanan Kotagede, sangat terasa semangat putra putri kota perak itu. Jogja Istimewa Senin 29/08/2011, barisan takbir anak-anak dari beberapa pengajian anak di Kotagede memenuhi jalanan Kotagede bagian selatan. Start dari SMA N 5 (jl. Nyi Pembayun), dan finish di depan kantor kelurahan desa Jagalan (Jl. Mondorakan). Takbir keliling yang diadakan tiap tahun ini diadakan oleh sie pawai AMM Kotagede. Kegiatan ini dilombakan, dan tema tahun ini adalah "Keistimewaan Jogja dalam Keistimewaan Takbir". Dari tema, sudah terbayang atribut-atribut yang muncul pada malam hari itu. Pasti tidak jauh dari pakaian adat Jogja, terutama batik. Begitu juga dengan pengajian di tempat saya tinggal, yang memakai jarik sebagai bagian dari kostum takbir mereka. Salah satu daya tarik dalam event ini adalah kreatifitas peserta. Dari satu tema, bisa berkembang menjadi berbagai macam tampil...

Kilas Balik Perjalanan Karya Imam Zakaria (2008-2011)

Tempat pertama yang mengenalkan saya ke ilmu desain adalah Prodi Desain Komuniksai Visual ISI Yogyakarta. Waktu itu, bulan Juli 2008 saya mengikuti ujian masuk dkv ISI Jogja gelombang pertama. Tanpa persiapan yang matang. Entah itu teori desain atau belajar menghadapi tes masuk. Saat itu saya membawa pensil warna 12 warna milik adik saya. Dan pada saat tes wawancara, saya berhadapan dengan dua orang dosen penguji, yang belakangan saya baru tahu bahwa dua orang bapak itu adalah Pak Koskow dan Pak Baskoro. Di ruangan itu saya ditanya kenapa saya masuk ISI? “Karena saya ingin bekerja berdasar hobi saya, yaitu menggambar”, jawaban singkat saya. Ya, begitulah, di pikiran saya waktu itu, menurut saya pekerjaan yang tidak akan pernah membosankan adalah pekerjaan yang didasari oleh hobi. Karena akan dijalani dengan penuh suka cita.

Mancing di "Pantai Pribadi" Ngobaran

Liburan di akhir pekan biasanya harus rela berbagi tempat dengan wisatawan lain yang juga ingin menikmati hari liburnya. Terakhir kali ke pantai daerah Gunung Kidul kemarin, saya harus melewati kemacetan yang terjadi di jalan menuju deretan pantai di sana. Mulai pantai Baron sampai Indrayanti, jalan dipenuhi dengan mobil yang datang maupun pergi. Sampai di Indrayanti, rasanya seakan-akan Malioboro pindah ke Gunung Kidul. Kerumunan orang sudah seperti cendol di es dawet, padet. Semakin ramainya orang membincangkan keelokan pantai Gunung Kidul dari mulut ke mulut sampai dengan online, seperti saya ini, membuat pantai-pantai daerah itu semakin ramai pengunjung, didukung dengan semakin banyaknya fasilitas seperti kamar mandi dan penjual makanan di pinggir pantai. Belajar dari pengalaman kemarin, liburan kali ini saya dan teman-teman menentukan tujuan jalan-jalan kali ini adalah pantai di sebelah barat pantai Baron, yaitu pantai Ngobaran. Jalur menuju Ngobaran agak berbeda dengan jalur ke...