Langsung ke konten utama

p.u.t.i.h


Putih

sering dimaknai sebagai lambang suci. Merah putih misalnya. Sebagian besar mengartikan merah adalah berani, putih adalah suci. Merah putih berarti sebuah keberanian yang berlandaskan niat suci
, dan bla bla bla ... :D

Begitulah. Semula saya juga setuju dengan pemaknaan warna putih tadi. Putih membawa kedamaian, kejujuran, suci. Namun, belakangan saya kecolongan, bahwa putih juga bisa mengartikan hal lain. Lebih tepatnya lagi, saya kurang memperhatikan makna lain selain suci.Yaitu keangkuhan, kemarahan, maupun kebohongan.


Karena pada dasarnya warna putih bukanlah warna murni. Ia adalah turunan, atau gabungan dari semua warna yang ada di dunia ini. Kembali ke pelajaran SD beberapa tahun yang lalu, ketika dibuat sebuah gasing dengan warna pelangi, mejikuhibiniu, dan gasing itu diputar, maka yang tampak adalah warna putih.
Ya, putih

Itu jika saya memutarnya cukup kencang. Jika putaran sudah melemah, kembali terlihat warna-warna lain sebagai penyusunnya.

Begitulah.Sebuah warna suci yang saya pahami akan tetap suci, sebuah kejujuran yang saya pahami akan tetap jujur untuk selamanya, ternyata suatu saat akan pudar, jika gerak putarannya melemah. Jika tingkat keyakinan melemah. Mungkin saja dengan lunturnya warna putih, akan lebih cenderung ke ungu, atau ke biru? Semua punya kesempatan. Dan itu terjadi alami. Pasti ada saat-saat seperti itu. Apakah akan segera diputar untuk kencang kembali, atau dibiarkan melambat, itu tergantung si pemutar sendiri, dan berkat keterlibatan lingkungan, serta dari yang Maha Kuasa.

Teori lain tentang putih, ada pada teori warna hue, saturation, dan value. Hue, berbicara tentang warna pokok, saturation tentang kepekatan warna, dan value tentang gelap terang. Untuk memudahkannya, bisa dibayangkan dengan membuat garis sumbu x, y, dan z seperti di pelajaran matematika. X itu garis horizontal, mewakili hue. Y itu vertikal, mewakili value (gelap terang), dan Z mewakili saturation.

Taruhlah saya meletakkan titik di perpotongan X, Y, dan Z. Ketika saya menggeser titik ke kanan dan kekiri, yang terjadi adalah perubahan warna. Dadi merah menjadi orange misalnya. Ketika saya naikkan posisi titik tadi, yang terjadi adalah warna orange lebih terang, dan saya naikkan lagi, menjadi lebih terang lagi, dan saya naikkan terus sampai batas atas, yang terlihat hanya warna putih. Ketika saya turunkan ke bawah mentok, yang saya lihat adalah warna hitam. Posisi hitam dan putih tidak akan tertukar (Putih tidak akan dipasang di bawah, dan sebaliknya).

Begitu pula dengan kejujuran. Dia selalu menjadi simbol kebaikan. Ketika ia memudar, turun ke bawah, bisa saja ia menjadi cenderung ungu yang angkuh, dan turun lagi menjadi ungu gelap, dan hitam. Kejujuran tidaklah kekal. Tergantung bisa bertahan sampai kapan, suatu saat pasti akan turun juga ke warna biasa,  terlepas dari kemungkinan dia bisa jadi putih lagi.

Putih tak selamanya suci. Wajarlah jika suatu waktu berubah warna, Malam ini putih, satu jam ke depan orange, esoknya merah, siangnya biru, sorenya ungu, malamnya tiba-tiba kembali memutih.

Semua bisa terjadi, kapan saja

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumandang Takbir Kotagede 1432 H

Kumandang takbir menggema, suarakan kemenangan menyambut hari nan fitri. Memenuhi jalanan Kotagede, sangat terasa semangat putra putri kota perak itu. Jogja Istimewa Senin 29/08/2011, barisan takbir anak-anak dari beberapa pengajian anak di Kotagede memenuhi jalanan Kotagede bagian selatan. Start dari SMA N 5 (jl. Nyi Pembayun), dan finish di depan kantor kelurahan desa Jagalan (Jl. Mondorakan). Takbir keliling yang diadakan tiap tahun ini diadakan oleh sie pawai AMM Kotagede. Kegiatan ini dilombakan, dan tema tahun ini adalah "Keistimewaan Jogja dalam Keistimewaan Takbir". Dari tema, sudah terbayang atribut-atribut yang muncul pada malam hari itu. Pasti tidak jauh dari pakaian adat Jogja, terutama batik. Begitu juga dengan pengajian di tempat saya tinggal, yang memakai jarik sebagai bagian dari kostum takbir mereka. Salah satu daya tarik dalam event ini adalah kreatifitas peserta. Dari satu tema, bisa berkembang menjadi berbagai macam tampil...

Kilas Balik Perjalanan Karya Imam Zakaria (2008-2011)

Tempat pertama yang mengenalkan saya ke ilmu desain adalah Prodi Desain Komuniksai Visual ISI Yogyakarta. Waktu itu, bulan Juli 2008 saya mengikuti ujian masuk dkv ISI Jogja gelombang pertama. Tanpa persiapan yang matang. Entah itu teori desain atau belajar menghadapi tes masuk. Saat itu saya membawa pensil warna 12 warna milik adik saya. Dan pada saat tes wawancara, saya berhadapan dengan dua orang dosen penguji, yang belakangan saya baru tahu bahwa dua orang bapak itu adalah Pak Koskow dan Pak Baskoro. Di ruangan itu saya ditanya kenapa saya masuk ISI? “Karena saya ingin bekerja berdasar hobi saya, yaitu menggambar”, jawaban singkat saya. Ya, begitulah, di pikiran saya waktu itu, menurut saya pekerjaan yang tidak akan pernah membosankan adalah pekerjaan yang didasari oleh hobi. Karena akan dijalani dengan penuh suka cita.

Mancing di "Pantai Pribadi" Ngobaran

Liburan di akhir pekan biasanya harus rela berbagi tempat dengan wisatawan lain yang juga ingin menikmati hari liburnya. Terakhir kali ke pantai daerah Gunung Kidul kemarin, saya harus melewati kemacetan yang terjadi di jalan menuju deretan pantai di sana. Mulai pantai Baron sampai Indrayanti, jalan dipenuhi dengan mobil yang datang maupun pergi. Sampai di Indrayanti, rasanya seakan-akan Malioboro pindah ke Gunung Kidul. Kerumunan orang sudah seperti cendol di es dawet, padet. Semakin ramainya orang membincangkan keelokan pantai Gunung Kidul dari mulut ke mulut sampai dengan online, seperti saya ini, membuat pantai-pantai daerah itu semakin ramai pengunjung, didukung dengan semakin banyaknya fasilitas seperti kamar mandi dan penjual makanan di pinggir pantai. Belajar dari pengalaman kemarin, liburan kali ini saya dan teman-teman menentukan tujuan jalan-jalan kali ini adalah pantai di sebelah barat pantai Baron, yaitu pantai Ngobaran. Jalur menuju Ngobaran agak berbeda dengan jalur ke...