Langsung ke konten utama

SURVIVOR #1 Select Your Character, Press START, and Die


SURVIVOR adalah sebuah bentuk refreshing dari rutinitas kerja karyawan di tempat kerja saya, Syafaat Marcom. Awalnya hanya celetukan ide iseng untuk mencoba bertahan hidup di pantai tanpa bekal makanan, yang akhirnya benar-benar dilakukan, walau diwarnai berbagai bentuk kecurangan. Ckckck ...

Tujuan kita adalah pantai di daerah Gunungkidul, yaitu pantai Watulawang dan satunya lagi saya lupa namanya. Masih berdekatan dengan pantai-pantai daerah itu.

SURVIVOR#1



Berangkat pagi-pagi, agar tiba di lokasi belum terlalu siang. Sesuai kesepakatan hari sebelumnya, pagi itu tidak boleh sarapan dari rumah atau membawa bekal makanan. Kita berenam, tiga bapak muda, dan tiga yang lain masih single.

Kita sudah mempersiapkan beberapa senjata pemburu makanan, yaitu :
1. Tongkat plastik sekitar 1,5 m dengan ujung besi runcing , dilengkapi dengan karet ban sebagai pelontar di pangkalnya.
2. Senapan mainan dari kayu yang menggunakan pelontar berupa karet pentil. Menggunakan ruji sepeda sebagai peluru, tentu saja ujungnya sudah dibuat runcing.
3. Masih sama dengan yang nomor 2, tetapi mainan kayu diganti dengan selongsong bolpen.
4. Senar pancing, mata kail, timah pemberat, dan cacing.

Seperti yang sudah saya sampaikan di depan, terjadi beberapa kecurangan di acara ini. Pelaku pertama adalah Bapak Hidayat. Dia bilang, "Hehe, mau esuk aku wes sarapan (= tadi pagi saya sudah sarapan)". Catett, itu yang pertama. Sementara itu, Pak Cey mengeluh kalau dari semalam dia belum makan. Menderita sekali.

Kita tiba di lokasi dengan semangat, ganti kostum, pinjam kacamata selam (milik nelayan setempat), ambil senjata, dan ambil posisi masing-masing.

Ketika kita sibuk berburu ikan, datanglah seorang penjual makanan menghampiri tumpukan tas kita. Godaan pertama datang, tapi teman-teman tetap tidak bergeming. Begitu penjualnya pergi, saya kembali ke tumpukan tas. Di situ sudah ada gorengan dan arem-arem (makanan dari beras yang berisi oseng tempe, dibentuk seperti lontong tapi pendek).

"Makan mas Imam", tawar Pak Cey.

Saya cuma menggelengkan kepala. Ternyata Pak Cey dan Mas Anto sedang makan makanan dari penjual tadi. Peraturan sudah dilanggar oleh si pembuat peraturan itu sendiri. Alasannya? Kasihan sama si penjual, dagangannya sepi pembeli. Haha ... Saya pun mengeluarkan sachet-sachet Milo dari dalam tas dan meramunya dengan sebotol air putih. Saya tidak bawa bekal makanan, tapi minuman saya bawa. Hehe ...

---

Lelah berburu, akhirnya kita istirahat. Membakar kayu-kayu kering yang sengaja dibeli di jalan, dan membakar hasil tangkapan. Hanya tertangkap 1 belut, 1 ikan, dan kepiting pantai. Ternyata menangkap ikan di laut tidak semudah yang dibayangkan. Akhirnya singkong dan ubi pun turun ke bara api, pengganti ikan-ikan yang gagal ditangkap.

Belut bakar tanpa bumbu rasanya hambar. Seperti makan spon. Satu-satunya ikan yang tertangkap, rasanya maknyuss. Terasa lezat sekali. Begitu juga dengan singkong dan ubi bakar. Panas, manis dan gurih. Terasa jauh lebih lezat daripada ketika dimakan di hari-hari biasa. Mungkin efek kelaparan.


Di pantai berikutnya, kondisi tidak jauh berbeda, bahkan lebih sulit untuk menangkap mangsa karena air laut sudah mulai pasang. Di situ pun bara api hanya dipakai untuk mematangkan singkong dan ubi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumandang Takbir Kotagede 1432 H

Kumandang takbir menggema, suarakan kemenangan menyambut hari nan fitri. Memenuhi jalanan Kotagede, sangat terasa semangat putra putri kota perak itu. Jogja Istimewa Senin 29/08/2011, barisan takbir anak-anak dari beberapa pengajian anak di Kotagede memenuhi jalanan Kotagede bagian selatan. Start dari SMA N 5 (jl. Nyi Pembayun), dan finish di depan kantor kelurahan desa Jagalan (Jl. Mondorakan). Takbir keliling yang diadakan tiap tahun ini diadakan oleh sie pawai AMM Kotagede. Kegiatan ini dilombakan, dan tema tahun ini adalah "Keistimewaan Jogja dalam Keistimewaan Takbir". Dari tema, sudah terbayang atribut-atribut yang muncul pada malam hari itu. Pasti tidak jauh dari pakaian adat Jogja, terutama batik. Begitu juga dengan pengajian di tempat saya tinggal, yang memakai jarik sebagai bagian dari kostum takbir mereka. Salah satu daya tarik dalam event ini adalah kreatifitas peserta. Dari satu tema, bisa berkembang menjadi berbagai macam tampilan yang unik, yang menja

Pameran Tugas Akhir DKV ISI Yogyakarta 2013

Selamat-selamat! Selamat ya teman-teman, Tugas Akhir kalian sudah jadi. Berikut ini beberapa dokumentasinya.

Mural TK Baru #2

Akhirnya mural TK baru sudah selesai. Dinding halaman depan sudah seperti TK pada umumnya, yang kaya akan gambar, dimana gambar-gambar tersebut diharapkan dapat melatih imajinasi dan kreatifitas anak.