Langsung ke konten utama

Paint on the wall 2010 SASMI

Ini adalah lomba mural yang diadakan oleh SASMI (Sanggar Seni Mahasiswa Ekonomi) Universitas Soedirman Purwokerto. POW (Paint on the wall) ini berlangsung Sabtu 13 November 2010, diikuti oleh 18 kelompok. Dinding luar stadion dalam kawasan kampus dijadikan space mural bertajuk "Goresan Untuk Negeriku" ini.




BAKTERI

Seminggu sebelumnya, saya diajak teman-teman dari kelompok BAKTERI untuk bantuin mural di Purwokerto. Pasalnya, salah seorang anggota Bakteri tidak bisa datang pada hari H. Akhirnya saya bersama 8 teman berangkat ke Purwokerto pada Jumat sore. Naik kereta api Logawa, berangkat dari stasiun Lempuyangan Jogja pukul 16.30 WIB. 

Sekitar 4 jam kemudian, kami tiba di stasiun Purwokerto. Dijemput oleh ayah Elfa aka Male Valeutone (anggota Bakteri), kami dibawa ke rumahnya. Mandi, makan malam, ngobrol-ngobrol bentar, lalu pergi ke lokasi lomba, kompleks Unsoed (Universitas Soedirman). Sebagai orang asli Purwokerto, Male mengenalkan kami ke teman-temannya yang menjadi panitia acara tersebut. Beberapa di antaranya begitu akrab dengan Male. Ngobrol sana-sini, melihat para panitia yang sedang menyiapkan segala sesuatunya buat esok hari. Mereka begitu welcome ke kami. Pukul 00.00 WIB kami pulang ke rumah Male untuk istirahat. 

Goresan Untuk Negeriku

Pagi itu kami datang pukul 08.30 WIB. Setelah pengambilan undian untuk menentukan space mural, acara dimulai pukul 09.00 WIB. Bakteri terbagi menjadi dua kelompok. Masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang. Kelompok Bakteri A adalah Andika aka Gondrong, Okta aka Samid, Elfa aka Male, dan saya sendiri. Kelompok Bakteri B adalah Kahfi, Dito, Ere, dan Wahyu. Satu orang yang tersisa, yaitu Galang, diberi mandat untuk jalan-jalan bawa kamera alias jadi fotografer.

Semua peserta mulai menggores sket pada dinding. Tapi di sana masih terlihat 4 orang yang menganggur, yaitu anak-anak Bakteri A. Kenapa ??? Ternyata sket mural yang sudah disiapkan sebelumnya ketinggalan di rumah Male. Sementara tidak ada yang hafal bentuk mural yang akan kami buat. Hahaha... Alhasil, Male harus pulang ke rumah, dan kami pun menonton para peserta yang sudah mulai berkarya.

Setengah jam kemudian, sang Male datang dengan sket mural. Kami pun segera bergerak memulai mural, menyusul yang lain. Bet ... bet ... bet ... !

Puanas sekali cuaca waktu itu. Ditemani penampilan band dari mahasiswa Unsoed, bersama minuman dan camilan yang dianter nona2 panitia (walau tidak sempat dimakan), semangat mural tetap terjaga. *lebay pisan euiy >.<

Pukul setengah duabelas mural diistirahatkan. Makan siang dan istirahat sejenak, masih disuguhi band teman2 Unsoed tentunya.


Pukul setengah satu siang, hari semakin panas. Mural dilanjutkan. Namun tiba-tiba hujan turun, sementara mural belum ada yang selesai dikerjakan. Semua peserta tetap menggoreskan kuasnya pada tembok. Para panitia naik ke atas tembok membawa lembaran plastik bekas banner, dan membentangkannya di atas mural kami. Salut buat panitia! Beberapa saat kemudian hujan pun reda.

Waktu menunjukkan pukul tiga sore. Selesai atau belum, mural dihentikan. Setelah istirahat sekitar satu jam, para peserta berkumpul di bawah tenda. Di sana, perwakilan dari masing-masing tim memaparkan ide dan latar belakang mural yang mereka kerjakan. Ada yang mengangkat tema merapi, Jendral Sudirman, Bhineka Tunggal Ika, sampai dengan berita terbaru di Indonesia, yaitu kedatangan Barack Obama.

Bakteri B, diwakili oleh Edgar Degas aka Ere. Ia menjelaskan bahwa dalam era globalisasi ini kebudayaan Indonesia tidak boleh ditinggalkan. Kebudayaan Indonesia adalah aset bangsa yang harus dipertahankan. Inilah tantangan para pemuda yang sepertinya semakin terbawa arus perkembangan zaman.



Bakteri A, diwakili oleh Samid. Menurutnya, mural kelompoknya menggunakan gaya komik pop art, yaitu gaya yang berkembang di Amerika sekitar tahun 50an. Meninjau keadaan negara kita saat ini, para pemuda cenderung menjadikan negara barat sebagai acuan gaya hidup mulai dari cara berbicara sampai dengan gaya berpakaian. Mural ini mengajak untuk berbangga dengan bahasa dan kebudayaan Indonesia. "Jangan tiru gambar ini lah pokoknya", kata Samid sembari berkelakar. Hahaha ...




Setelah disampaikan sedikit ulasan tentang mural oleh juri, pemenang lomba diumumkan. Sebelum diumumkan, juri menjelaskan bahwa salah satu kriteria penjurian mural ini adalah kejelasan makna dari mural. Ketika dilihat, mural ini harus bisa menunjukkan keIndonesiaannya. Indonesia banget. Dan pemenang lomba ini adalah mural dengan tema Bhineka Tunggal Ika sebagai juara satu, dan Barack Obama yang suka makanan Indonesia sebagai juara dua. Juara favorit ditentukan dari pembelian kupon dukungan, sehingga pemenang adalah kelompok yang paling banyak membeli kupon.

Selesai sudah acara mural hari itu. Kami duduk-duduk di tepi jalan, menunggu jemputan sembari menonton para panitia yang berfoto-foto ria dan bernyanyi melepas kelelahan hari itu. Tiba-tiba panitia mengajak kami gabung bersama mereka. Aseeek ...



Sabtu Malam di Purwokerto


Malam itu kami muter-muter area Purwoketo. Mulai dari alun-alun yang ternyata isinya anak-anak yang sedang bermain, kampus ekonomi Unsoed yang sudah sepi (kami tidak menemukan markas Sasmi). Akhirnya kami mampir ke Angkriman, sebuah cafe di Purwokerto. Disuguhi live perfom musik blues, ditemani salah seorang mahasiswa Unsoed, Bayu Jonggol Werkudara (nama di fesbuk seperti itu). Nama Angkriman, menurut Jonggol berasal dari gabungan kata 'angkringan' dan 'seniman'. Artinya, angkringannya para seniman. Malam itu kami habiskan untuk ngobrol-ngobrol di situ, sampai pukul duabelas malam.

Sesampainya di rumah Male, beberapa dari kami langsung tepar di kamar. Yang lain masih ngobrol dengan Odenk dan Jonggol di teras rumah. Mereka membawa kue serabi yang masih panas. Disantap bersama kopi panas, benar-benar mantaps. Pukul tiga pagi, sepertinya rasa kantuk sudah tidak tertahankan lagi. Saatnya istirahat ...

Pulang


Belum bisa menikmati tidur, kami sudah harus berangkat ke stasiun pukul setengah enam pagi. Ternyata antrian loket panjang sekali. Tiket didapat, pas dengan keberangkatan kereta. Untungnya kereta tidak penuh penumpang. Kami semua mendapat tempat duduk. Acara tidur dilanjutkan di kereta. Sepertinya semua tertidur lelap, kecuali saya. Penumpang di samping saya ternyata enak diajak ngobrol. Tidak jadi ngantuk deh. hehe ...

Menyenangkan sekali. Banyak teman dan pengalaman baru. Sampai-sampai lupa tugas kuliah sudah menumpuk menanti di rumah.

Semangat!!!


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumandang Takbir Kotagede 1432 H

Kumandang takbir menggema, suarakan kemenangan menyambut hari nan fitri. Memenuhi jalanan Kotagede, sangat terasa semangat putra putri kota perak itu. Jogja Istimewa Senin 29/08/2011, barisan takbir anak-anak dari beberapa pengajian anak di Kotagede memenuhi jalanan Kotagede bagian selatan. Start dari SMA N 5 (jl. Nyi Pembayun), dan finish di depan kantor kelurahan desa Jagalan (Jl. Mondorakan). Takbir keliling yang diadakan tiap tahun ini diadakan oleh sie pawai AMM Kotagede. Kegiatan ini dilombakan, dan tema tahun ini adalah "Keistimewaan Jogja dalam Keistimewaan Takbir". Dari tema, sudah terbayang atribut-atribut yang muncul pada malam hari itu. Pasti tidak jauh dari pakaian adat Jogja, terutama batik. Begitu juga dengan pengajian di tempat saya tinggal, yang memakai jarik sebagai bagian dari kostum takbir mereka. Salah satu daya tarik dalam event ini adalah kreatifitas peserta. Dari satu tema, bisa berkembang menjadi berbagai macam tampilan yang unik, yang menja

Pameran Tugas Akhir DKV ISI Yogyakarta 2013

Selamat-selamat! Selamat ya teman-teman, Tugas Akhir kalian sudah jadi. Berikut ini beberapa dokumentasinya.

Jalan-jalan Kotagede di Awal 2014

Agenda pertama di tanggal pertama tahun 2014 adalah jalan-jalan di Kotagede bersama beberapa teman Perpustakaan Heritage Kotagede dan Sanggar Tari Sekar Mayang . Banyak peserta sanggar yang berasal dari luar Kotagede yang belum pernah memasuki lorong-lorong daerah ini. Teman-teman penduduk asli pun banyak yang belum tahu tentang Kotagede dan sejarahnya. Dipandu Mas Agung, salah satu penulis dalam buku Toponim Kotagede, kami seperti membawa ensiklopedi berjalan. di depan perpus