Langsung ke konten utama

Tiga Bocah di Hari Lebaran

Hari kedua lebaran, saya bertemu tiga bocah lucu. Seru sekali bermain bersama mereka. Ketika berkunjung ke rumah simbah (sebutan untuk eyang putri) saya bertemu dengan ponakan-ponakan itu. Namanya Galih, Rakha, dan Yogma.

Galih, anak dua tahun, pemalu. Pertama ketemu saya dia malu-malu campur takut. Jabat tangan aja tidak berani, apalagi saya gendong. Dia bakal nangis di tempat. Cara menaklukkannya adalah, memberi barang yang dia suka. Dia akan langsung luluh. Tapi itu tidak akan bertahan lama. Jarang ketemu akan membuatnya takut lagi.

Rakha, bocah cerdas yang tidak bisa berhenti bergerak. Dia akan lari kesana-kemari, jungkir balik, atau memainkan barang yang saya bawa, biasanya dia sibuk dengan hape saya. Hobinya adalah bermain ikan. Dia juga hobi menggambar, seperti saya. Suka dino, pesawat terbang, robot, dan film kartun. Dia punya jurus andalan, yaitu rasengan, jurus milik Naruto.

Yogma, datang dari Jakarta. Tidak bisa berbicara dalam bahasa Jawa, tapi bisa menangkap maksud pembicaraan dalam bahasa itu. Hobinya memancing dan bermain burung merpati. Anaknya pendiam, manja, gaya bicaranya seperti orang mabuk. Agak diseret-seret gimanaa gitu.


---

Puas bercanda di rumah simbah, pukul 11.30, waktunya pulang untuk sholat Jum'at. Saya ajak Rakha untuk berangkat ke masjid bareng saya. Dia semangat sekali. Segera lari masuk ke dalam rumah eyangnya untuk mengambil perlengkapan sholat (rumah eyang Rakha ada di depan rumah simbah). Sesaat kemudian dia keluar, berlari menghampiri saya dengan membawa tas ransel warna coklat bergambar Angrybird dengan tulisan nama Rakha di atasnya.

Ketika saya pamit, tiba-tiba Galih menjulurkan kedua tangannya ke atas. Tanda dia ingin digendong.

"Om Imam mau sholat Jum'at dulu Lih, nanti main lagi ... " bujuk ibunya, takut saya kerepotan.

"Eluuuu (ikut)" rengek Galih. Dia baru bisa mengucap satu dua kata sekali ucap.

Dia benar-benar tidak mau lepas dari gendongan saya. Tadi pagi mau saya gendong malah nangis, sekarang saya mau pergi nggak boleh. Saya bawa ke bapaknya, tetap saja lengket ke saya. Bujukan sang bapak tidak digubris. Sementara itu, Rakha menyenggol saya, "Ayo Om, gek mangkat ..."

Akhirnya saya mengiyakan permintaan Galih untuk berangkat ke masjid bareng saya. Setelah cuci kaki, ganti celana, memakai peci, dan dipaksa pipis, walaupun bilang tidak mau, dan memang tidak keluar, kami berangkat ke masjid. Rumah eyang agak jauh dari masjid. Kami bertiga berangkat naik motor. Galih di depan, dan Rakha di belakang. Sebelum ke masjid, kami mampir rumah saya dulu. Motor saya taruh di rumah, dan kami berangkat berjalan kaki. Tangan kiri Galih menggandeng tangan Rakha, dan tangan kanannya dengan saya.

Di masjid, kami bertemu Yogma. Dia berangkat bersama ayahnya. Di luar masjid ada kolam ikan yang berisi macam-macam  ikan. Yogma dan Rakha suka sekali dengan ikan. Melihat kolam itu, mereka tidak mau duduk tenang mendengar khotbah di dalam masjid. Galih, namanya anak kecil, ikut-ikutan kedua kakaknya. Ketiganya bermain ikan, melemparinya dengan batu, obok-obok airnya. Alhasil, saya duduk di teras luar masjid, mengawasi mereka, terutama Galih. Dia duduk di tepi kolam. Saya khawatir, tahu dua kakaknya lumayan jahil.

Bosan bermain ikan, akhirnya mereka mau masuk masjid. Duduk tenang di teras masjid, sampai terdengar iqomah. Galih sholat di dalam masjid, di samping Uzi, sepupu saya. Yogma sholat di dekat saya, sementara Rakha tidak mau beranjak dari tempat duduknya. Biar bisa senderan di dinding teras, alasannya.

Sholat berjalan dengan tenang, ketika saya berjalan keluar masjid, saya hanya ketemu dengan Yogma dan Rakha. Saya cari-cari, ternyata Galih sudah jalan pulang duluan digandeng Uzi. Syukurlah, dia sudah mau diajak pulang. Yogma dan Raka ikut saya pulang ke rumah.

Hal pertama yang mereka lakukan di rumah adalah melihat ikan cupang. Para penggemar ikan itu punya banyak cerita tentang ikan. Mereka sama-sama bercerita tentang peliharaannya masing-masing, mulai dari jenis cupang, makanan, sampai dengan cara membuatnya bertelur. Timbul keinginan untuk memberi makan, mereka mencari cacing di depan rumah, tapi tidak ketemu. Tanah kering tidak ada cacingnya. Tiba-tiba Rakha melihat korek api. Mereka pun bermain korek api, menyalakannya, dan meminta saya untuk beli petasan. "Ayo Om, beli petasan ..."

Menolak beli petasan, saya menawarkan untuk beli es saja, dan mereka pun mau. Naik motor bertiga, Yogma di tengah, dan Rakha di belakang. Awalnya saya mengajak mereka ke Sidosemi, warung es dekat Makam Raja Mataram. Melihat banyaknya pembeli di warung tersebut, Rakha meminta pindah ke tempat lain, yang lebih sepi katanya. Yogma mengiyakan. Melewati pasar Kotagede, belum banyak pedagang yang sudah berjualan. Kita ke utara melewati jalan Kemasan, tidak menemukan warung es juga. Muter-muter, akhirnya kita menemukan penjual sup buah di dekat lapangan Karang.

Kita duduk di teras rumah penjual sup buah. Sembari menunggu sup buah, mereka beradu cepat menyusun puzzle yang ada di teras.

"Ayo cepet-cepetan yo!" ajak Rakha dengan semangat.

"Ah, ini mah gampang ... " jawab Yogma dengan santainya.

Dua anak bicara dengan bahasa yang berbeda, tapi tetap nyambung.


 
Nyess, segarnya menikmati sup buah bersama mereka.

Setelah habis, kita beranjak pulang. Sampai di rumah, Rakha dijemput mamanya. Dia tidak mau pulang kalau tidak bersama saya. Nah, akhirnya kita berboncengan lagi ke rumah simbah. Rakha di depan dan Yogma di belakang. Mama Rakha mengikuti di belakang. Dua anak sudah rame, ditambah Galih pasti lebih seru lagi tadi, pikir saya.

-----

Sorenya, saya sampai di rumah. Bapak sedang menjemur karpet panjang milik masjid di halaman samping. Biasanya karpet itu dicuci sebelum Ramadhan. Rajin sekali bapak mencuci karpet setelah lebaran ...

"Mau Galih sholat neng jejerku, karo Uzi. Tujokno ora neng mburi ro kowe ..." kata bapak.

"Lahh??"

Menurut cerita bapak, Galih sholat dengan tenang. yang lain takbir dia ikut takbir, yang lain sujud dia ikut sujud. Sampai di duduk tahiyat akhir, dia tidak duduk, tapi jongkok. Dia bisik-bisik ke bapak, "E' e' ..."
Selesai salam, bapak segera menyuruh Uzi mengantarnya pulang, dan beruntungnya Galih mau.
Ternyata, dia boker di celana!

Heheh, pantaslah kalau bapak mencuci karpetnya awal lebaran. Kalau tadi Galih sholat di samping saya, tugas saya adalah mencuci karpet milik masjid, bukannya jalan-jalan mencari sup buah bersama Rakha dan Yogma ...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumandang Takbir Kotagede 1432 H

Kumandang takbir menggema, suarakan kemenangan menyambut hari nan fitri. Memenuhi jalanan Kotagede, sangat terasa semangat putra putri kota perak itu. Jogja Istimewa Senin 29/08/2011, barisan takbir anak-anak dari beberapa pengajian anak di Kotagede memenuhi jalanan Kotagede bagian selatan. Start dari SMA N 5 (jl. Nyi Pembayun), dan finish di depan kantor kelurahan desa Jagalan (Jl. Mondorakan). Takbir keliling yang diadakan tiap tahun ini diadakan oleh sie pawai AMM Kotagede. Kegiatan ini dilombakan, dan tema tahun ini adalah "Keistimewaan Jogja dalam Keistimewaan Takbir". Dari tema, sudah terbayang atribut-atribut yang muncul pada malam hari itu. Pasti tidak jauh dari pakaian adat Jogja, terutama batik. Begitu juga dengan pengajian di tempat saya tinggal, yang memakai jarik sebagai bagian dari kostum takbir mereka. Salah satu daya tarik dalam event ini adalah kreatifitas peserta. Dari satu tema, bisa berkembang menjadi berbagai macam tampilan yang unik, yang menja

Pameran Tugas Akhir DKV ISI Yogyakarta 2013

Selamat-selamat! Selamat ya teman-teman, Tugas Akhir kalian sudah jadi. Berikut ini beberapa dokumentasinya.

Mural TK Baru #2

Akhirnya mural TK baru sudah selesai. Dinding halaman depan sudah seperti TK pada umumnya, yang kaya akan gambar, dimana gambar-gambar tersebut diharapkan dapat melatih imajinasi dan kreatifitas anak.