Langsung ke konten utama

Masa Kanak-kanak, Masa Keceriaan


Ketika masih kecil dulu, saya berpikir bahwa saya bisa melakukan segala sesuatu dengan mudah. Saya selalu menawarkan bantuan kepada orang-orang di rumah. Tapi sering mereka menolaknya, dengan alasan saya belum bisa. Pernah, waktu ibu dan nenek saya memasak sesuatu, saya menawarkan diri untuk membantu memotong-motong sayuran dengan pisau. Saya pikir itu hal yang mudah. Tapi mereka menolaknya, dan hanya mempercayakan saya ke hal lain yang remeh temeh, seperti membersihkan sendok-sendok dengan lap, atau menyapu lantai. Agak jengkel juga. Menurut  saya, saya sudah mahir melakukan hal itu. Kenapa tugas saya cuma itu-itu saja?



Ketika sudah beranjak besar, saya sering mendengar cerita dari ibu, kalau masa kecil saya adalah masa yang menggelikan, mengagumkan, lucu, dan sebagainya. Pernah, ketika bapak saya menyanyi lagu keroncong, saya menirukannya dengan nada sekenanya. Dan itu membuat orangtua saya heboh. Senang sekali mendapati saya seperti itu. Kemudian pernah saya iseng-iseng angkat jemuran. Bukannya dibawa ke dalam rumah, tapi saya melemparnya masuk ke lubang sumur. Hehe … Selain itu, saya selalu minta digambarin mobil. Saya bawa buku, dan minta orang yang ada di situ untuk menggambar mobil yang banyak. Saya hanya duduk melihatnya, tidak lantas meniru atau mewarnai gambarnya. Dan masih banyak hal lain yang menjadi kehebohan di rumah pada waktu itu.

Menurut saya pada waktu kecil, hal-hal yang saya lakukan adalah hal-hal yang biasa. Saya ingin nyanyi ya saya lakukan, saya ingin iseng ya saya lakukan saja tanpa ada beban. Saya tidak melihat aktivitas saya sebagai suatu hal yang luar biasa. Ternyata, ketika saya beranjak menjadi pengamat, bukannya pelaku lagi, saya juga mendapati anak-anak seusia itu adalah anak-anak yang lucu dan penuh kejutan.


Anak-anak TK

Anak-anak membawa rasa damai. Ketika dekat dengan anak-anak, pikiran saya sejenak keluar dari rutinitas sehari-hari. Itulah salah satu alasan saya mengajar melukis di sekolah taman kanak-kanak di Kotagede.


Begitu masuk ke dalam kelas, saya disambut keriuhan isi kelas. Di situ saya menemui beragam karakter anak. Mulai dari yang pendiam sampai dengan yang paling nakal. Masing-masing punya treatment yang berbeda. Ada yang pendiam dan gambarnya bagus. Tanpa banyak komentar dia langsung bisa mengikuti apa yang saya sampaikan. Ada anak yang semangat bantuin bagi buku ke teman-temannya, tapi begitu pelajaran dimulai, dia malas-malasan. Ada yang  begitu saya masuk langsung mengeluh "Yaah, nggambar lagi nggambar lagi. Aku nggak ikut!" Tapi begitu suasana mulai kondusif, dia mau ikut pelajaran juga, walau lebih sering godain teman perempuan di sampingnya.

Lucu-lucu dan banyak tingkah. Hehe … Tapi anak-anak model seperti itu bagi saya justru memudahkan untuk mengingat namanya. Pantaslah kalau waktu saya TK dulu saya mudah dikenal. Walaupun pendiam, tapi saya anak yang rewel. Kalau sudah menangis, saya dibawa ke perpusyakaan oleh wali kelas saya, kemudian akan asik sendiri dengan buku-buku di sana. Kalau saya rewel waktu wali kelas tidak masuk,kadang ada guru yang melapor ke ibu saya "Bu, Imam … ", tanda mereka sudah kewalahan menghadapi saya. Haha …

Kembali ke anak-anak. Ketika ada lomba mewarnai, tidak jarang sekolahan mengirim 2-4 anak sebagai perwakilan, dan saya ditugaskan menemani anak-anak. Saya senang melihat semangat mereka mengikuti kompetisi. Yang harus banyak dilatih adalah kesabaran mereka untuk menyelesaikan karya. Terkadang, ketika melihat ada anak sudah selesai, anak yang lain terburu-buru menyelesaikan karyanya. Sehingga karya kurang maksimal. Mereka perlu didorong dengan motivasi untuk memaksimalkan kemampuan yang ada.



.......


Anak-anak, menurut saya adalah masa dimana semuanya indah. Berbuat segala sesuatu tanpa dosa, berani tanpa takut salah. Karena pada masa itu mereka masih mengalami fase perkembangan otak. Di situ mereka mengalami proses belajar yang sangat cepat. Di antaranya belajar 'mempertahankan hidup', pengendalian gerak motorik yang bereaksi untuk hadapi atau lari dari rangsangan yang datang. Belajar suka dan tidak suka, cinta dan benci, dan belajar berpikir yang diperoleh dari pengalaman, perasaan, ingatan.

Belajar adalah kewajiban bagi setiap manusia. Saya belajar banyak dari anak-anak. Belajar kesabaran, keberanian, dan keceriaan …


Komentar

  1. Mantap-mantap postingannya mas iman, salam kenal dari saya yach

    BalasHapus
  2. Heheh, makasih banyak. salam kenal juga mas arvi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kumandang Takbir Kotagede 1432 H

Kumandang takbir menggema, suarakan kemenangan menyambut hari nan fitri. Memenuhi jalanan Kotagede, sangat terasa semangat putra putri kota perak itu. Jogja Istimewa Senin 29/08/2011, barisan takbir anak-anak dari beberapa pengajian anak di Kotagede memenuhi jalanan Kotagede bagian selatan. Start dari SMA N 5 (jl. Nyi Pembayun), dan finish di depan kantor kelurahan desa Jagalan (Jl. Mondorakan). Takbir keliling yang diadakan tiap tahun ini diadakan oleh sie pawai AMM Kotagede. Kegiatan ini dilombakan, dan tema tahun ini adalah "Keistimewaan Jogja dalam Keistimewaan Takbir". Dari tema, sudah terbayang atribut-atribut yang muncul pada malam hari itu. Pasti tidak jauh dari pakaian adat Jogja, terutama batik. Begitu juga dengan pengajian di tempat saya tinggal, yang memakai jarik sebagai bagian dari kostum takbir mereka. Salah satu daya tarik dalam event ini adalah kreatifitas peserta. Dari satu tema, bisa berkembang menjadi berbagai macam tampilan yang unik, yang menja

Pameran Tugas Akhir DKV ISI Yogyakarta 2013

Selamat-selamat! Selamat ya teman-teman, Tugas Akhir kalian sudah jadi. Berikut ini beberapa dokumentasinya.

Mural TK Baru #2

Akhirnya mural TK baru sudah selesai. Dinding halaman depan sudah seperti TK pada umumnya, yang kaya akan gambar, dimana gambar-gambar tersebut diharapkan dapat melatih imajinasi dan kreatifitas anak.